Wikipedia

Search results

Translate

24 March 2016

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR



LANDASAN TEORI
A.    MEDIS
1.      Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2002).
Faktur adalah terputusnya suatu hubungan kontinuitas dari jaringan tulang (Depkes RI, 1991).
Femur merupakan tulang terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bgian pangkal yang berhubungan dengan asetabolum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.(Syaifudin, Anatomi fisiologi, edisi I, 1995)
Fraktur femur adalah terputusnya hubungan kontinuitas di jaringan tulang pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabolum membentuk kepala sandi yang disebut kaput femoris.
Fraktur dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, yaitu :
Menurut Kuliah Bidan (2008) fraktur dapat diklelompokkan :
a.       Berdasarkan garis patah terhadap korteks
1)      Fraktur komplit
Garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua kortek tulang.
2)      Fraktur tidak komplit
Garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau toruse fracture terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, greenstick fracture mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya pada patah tulang panjang anak.
b.      Berdasarkan arah garis patah
1)      Garis patah melintang (transverse)
Suatu fraktur komplit yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang.
2)      Garis patah miring (obliq)
Fraktur komplit yang melalui korteks secara diagonal
3)      Garis patah spiral
Bila garis patah terdapat mengelilingi sepanjang korteks
4)      Garis patah kompresi
Pada vertebra akibat tumbukan keras
5)      Fraktur avulse
Akibat tarikan otot pada insersinya di tulang.
c.       Berdasarkan jumlah garis patah
1)      Fraktur sederhana (simple)
Hanya terdapat satu garis patah
2)      Fraktur komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
3)      Fraktur Segmental
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan
4)      Fraktur Multiple
Garis patah lebih dari satu, tetapi terdapat pada tulang yang berlainan tempatnya
d.      Berdasarkan hubungan antar fragmen
1)      Fraktur undisplaced
Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser
2)      Fraktur displaced
Terjadi pergeseran fragmen tulang
e.       Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
1)      Fraktur tertutup
Bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit
2)      Fraktur terbuka
Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.




Fraktur Terbuka
Klasifikasi fraktur terbuka menurut R.Gustillo :
a.       Derajat I
Luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit (tidak ada tanda remuk), fraktur sederhana/transversal/obliq/komunitif ringan dan kontaminasi ringan.
b.      Derajat II
Luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, fraktur komunitif sedang, kontaminasi sedang.
c.       Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan yang luas, meliputi struktur kulit, otot, neurovaskuler, serta kontaminasi derajat tinggi.
2.      Anatomi Fisisologi ( syaifuddin, 1997 : 27-29 )

Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar, didalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan acetabulum, membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris .

Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdeapat taju yang disebut trokanter mayotr dan minor. Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Diantara  kedua kondilus tersebut terdapat lekukan tempat tulang tempurung lutut ( patella ) yang disebut dengan fossa kondilus .   Os tibialis dan os fibularis merupakan tulang pipa yang terbasar , sesudah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan  os femur, pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os meleolus lateralis ( mata kaki luar ) . Os tibialis bentuknya lebih kecil , pada bagian pangkalnya  melekat pada os fibula , pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis

3.      Etiologi
Menurut Brunner & Sudddarth (2002) fraktur dapat disebabkan oleh karena :
a. Pukulan langsung
b.Gaya meremuk
c. Gerakan puntir mendadak
d.                  Kontraksi otot eksterm
e. Fraktur pathologic : keadaan penyakit menjadi lemah misalnya kanker/osteoporosis

4.      Patofisiologi
Menurut Robbins & Kumar (2000) patofisiologi fraktur :
Daya
Tulang
Fraktur
                 Jaringan lunak ← Pembuluh darah → Serabut saraf dan sum-sum tulang
                                                              
                              Luka                     Perdarahan                                   Putus           Reseptor nyeri     
                                                                                                                  
Hematom     Hipovolemi    Hilang sensori           Nyeri
                          
                             Vasodilatasi eksudasi             Hipotensi
                                  migrasi leukosit
                                                    
                                                Inflamasi
                                                    
                                                Bengkak
                                                    
                                          Menekan syaraf
                                                   
                                                Nyeri

5.      Tanda dan Gejala
Menurut Brunner & Sudddarth (2002) tanda dan gejala fraktur :
a.       Krepitasi pada daerah yang patah (bunyi bila digerakkan)
b.      Deformity (perubahan bentuk)
c.       Nyeri
d.      Fungsiolaisa
e.       Bengkak
f.       Fungsi rontgent terlihat
1)      Bentu patah
2)      Posisi patah
g.      Perdarahan

6.      Komplikasi
Menurut Depkes RI (1995) komplikasi dari fraktur adalah :
a.       Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cidera
b.      Emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih
c.       Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera
d.      Infeksi
e.       Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cidera
f.       Koagulopati Intravaskuler Diseminata (KID)

7.      Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan :
a.       Pemeriksaan Rontgen
Menentukan lokasi atau luasnya farktur atau trauma
b.      Scan tulang, Tomograf, Scan CT/MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c.       Anteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d.      Hitung Darah Lengkap
Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respons stress normal setelah trauma.
e.       Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f.       Profil Koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cidera hati

8.      Penatalaksanaan Medik
Menurut Depkes RI (1995) penatalaksanaan medic pada fraktur :
Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitive pada fraktur, maka diperlukan :
a. Pertolongan pertama : yang penting dilakukan adalah dengan memperhatikan airway, breathing, circulation, disability pada pasien. Kemudian menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.
b.Penilaian klinis : dinilai apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf atau trauma alat-alat dalam lain.
c. Resusitasi : kebanyakan penderita datang dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan cairan lainnya serta obat – obat anti nyeri.

Prinsip terapi fraktur :
a.       Reduksi
adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reposisi memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan rotasional. Reposisi manipulative biasanya dapat dilakukan pada fraktur ekstremitas distal (tangan, pergelangan tangan, kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan. Traksi bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin tranversa melaui tulang, distal terhadap fraktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah bentuk fikasasi bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup. Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum. Kontra indikasi reposisi tertutup : jika dilakukan reposis namun tidak dapat dievaluasi, jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan, jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar fracture.
b.      Imobilisasi
Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf. Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan vascular.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gips/brace.
c.       Rehabilitasi
Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan
masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan terapi fisik untuk gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.

Penatalaksanaan Terapi Konservatif
a.       Proteksi
Misalnya dengan menggunakan mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.
b.      Imobilisasi luar tanpa reposisi
Dengan pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedeudukan baik


c.       Reposisi tertutup dan fikasasi dengan gips
Dapat dilakukan dengan anestesi umum atau anestesi local dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematom fraktur.
d.      Reposisi dengan traksi
Dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali kedalam gips, misalnya pada patah tulang femur.
e.       Reposisi dengan cast/splint
Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan disposisi, pemendekan atau terpuntir.

TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.



KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
·         Mengurangi nyeri akibat spasme otot
·         Memperbaiki dan mencegah deformitas
·         Immobilisasi
·         Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk  nyeri tulang sendi).
·         Mengencangkan pada perlekatannya.

MACAM - MACAM TRAKSI
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam,  di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang  atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.                                                  
9.      Proses Penyembuhan Fraktur
Menurut Brunner & Sudddarth (2002) tahapan penyembuhan fraktur terjadi dalam beberapa tahap :
a.       Fase hematoma
1)      Terjadi perdarahan disekitar patahan tulang yang disebabkan terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost.
2)      Terbentu fibrin clot.
3)      Terjadi dalam detik.
b.      Fase Inflamation
1)      Dalam 8 jam sejak terjadinya fraktur adalah masa reaksi inflamasi akut disertai adanya ploriferasi sel di bawah periosteal dan canalis medularis.
2)      Akhir dari fragmen tulang dikelilingi jaringan seluler yang menghubungkan dengan sisi fraktur.
3)      Clotted hematom perlahan diserap dan terjadi pertumbuhan kapiler baru disekitar area.
4)      Dalam 1-2 minggu.
c.       Callus Formation
1)      Ploriferasi dari sel osteogenik dan kondrogenik.
2)      Terjadi pembentukan tulang.
3)      Terdapat osteoclast, yang membuang jaringan tulang yang mati.
4)      Peningkatan masa sel dengan tulang dan kartilago imatur, terbentuk callus pada permukaan periostel dan endosteal.
5)      dalam minggu sampai bulan.

d.      Konsolidasi
1)      Berlanjutnya proses osteoclastic dan osteoblastic dari tulang sampai terbentuk lamelar bone.
2)      Osteoblast membentuk trabekula yang melekat pada tulang dan meluas ke pecahan tulang lainnya.
3)      Bagian yang patah dijembatani oleh tulang yang padat.
4)      Dalam minggu sampai bulan.
e.       Remodelling
1)      Terbentuknya kontur tulang yang baru dan utuh.
2)      Terjadi selama berbulan – bulan, bertahun- tahu.

B.     KEPERAWATAN
1.      Pengkajian Keperawatan
Menurut Doenges (2000) pengkajian keperawatan pada klien fraktur :
a.       Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
b.      Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang – kadang terlihata sebagai respons terhadap nyeri atau ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah) takikardia (respons stress, hipovolemia) penurunan/tak nadi pada bagian distal yang cidera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. pembengkakan jaringan/massa hematoma pada sisi cidera.
c.       Neurosensori
Tanda : Deformitas local : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
              Agitasi (mungkin mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas/trauma lain)
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot
                 Kebas/kesemutan (parestesis)



d.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri berat tiba – tiba pada saat cidera (Mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang : dapat berkurang pada mobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
              Spasme/kram otot (setelah mobilisasi).

e.       Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000) diagnosa keperawatan pada klien fraktur :
a.       Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, trauma fisik, gerakan fragmen tulang, oedem.
b.      Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan fraktur.
c.       Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan fraktur, hipovolemik, penurunan/interupsi aliran darah.
d.      Risisko infeksi berhubungan dengan trauma, cedera, prosedur invasive, traksi tulang.
e.       Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membrane/kapiler.
f.       Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...