Wikipedia

Search results

Translate

24 March 2016

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA KAPITIS



TRAUMA CAPITIS

I.                   PENGERTIAN
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur 45 tahun dan merupakan penyebab kematian no. 4. pada seluruh populasi lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab cedera kepala pada lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya. 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanen (York, 2000).
Trauma kepala merupakan salah satu penyakit neurologi utama angka kejadian kepala berkisar antara 132 sampai 367 per 100.000 penduduk. Kelompok populasi berusia 15 sampai 24 tahun dan diatas 60 tahun merupakan kelompok dengan resiko tertinggi. Frekuensi kejadian cedera kepala pada laki-laki dan perempuan adalah 2–2, 8:1 (Hufman, dkk, 1996, York, 2000).
Trauma kapitis adalah ganguan traumatik yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan intestiri dan tidak menganggu jaringan otak (Brunner & Suddarth, 2000).

Tipe-tipe trauma:
  1. Trauma Kepala Terbuka
Fraktur linier daerah temporal menyebabkan perdarahan epidural, fraktur fosa anterior dari hidung dan hematom fraktur longitudinal. Menyebabkan kerusakan meatus auditorius interna dan tuba eustachius.
  1. Trauma Kepala Tertutup
a.                Comosio Cerebri/gegar otak
Yaitu trauma kapitis ringan, pingsan ± 10 menit, pusing dapat menyebabkan kerusakan struktur otak.
b.               Contusio/memar
Yaitu pendarahan kecil dijaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan TIK.
  1. Pendarahan Intrakranial
Dapat menyebabkan penurunan kesadaran.

II.                ANATOMI DAN FISIOLOGI YANG TERKAIT

OTAK
            Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.

BAGIAN-BAGIAN OTAK
1.                  Serebrum (otak besar), merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut Fusa Kranialis anterior atas dan Fosa Kranialis media.
Otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu :
1)      Lobus frontalis            : perilaku, gerakan
2)      Lobus parietalis           : rasa/sensori (bahasa)
3)      Lobus temporalis         : penglihatan
4)      Lobus oksipitalis         : memori dan pendengaran
2.                  Batang Otak (Traankus Serebri).Diensefalon keatas berhubungan desebrum dan medula oblangata kebawah dengan medula spinasis.Serebrum melekat pada batang otak di bagian medula oblongata, pons varoli dan mese sepalon .
3.                  Serebelum (otak kecil) T erletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak disahkan dengan serebrum oleh fisura tranversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medula oblongata.

III.             ETIOLOGI / PENYEBAB
Cidera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
  1. Benda tajam
Trauma benda tajam dapat menyebabkan cidera setempat.
  1. Benda tumpul
Dapat menyebabkan cidera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan diteruskan kepada otak.


Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :
v   Lokasi
v   Kekuatan
v   Fraktur infeksi/kompresi
v   Rotasi
v   Delarasi dan deselarasi
Mekanisme cidera kepala
1.              Ekselerasi
Ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam.
Contoh : akibat pukulan lemparan.
2.              Deselerasi
Akibat kepala membentur benda yang tidak bergerak.
Contoh : kepala membentur aspal.
3.              Deforinitas
Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagian tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.
Berdasarkan berat ringannya :
1)      Cidera kepala ringan           G C S : 13 – 15
2)      Cidera kepala sedang          G C S : 9 – 12
3)      Cidera kepala berat             G C S : 3 – 8
Penyebab terbesar cedera kepala adalah kecelakaan kendaraan bermotor.jatuh dan terpeleset.Biomekanika cedera kepala ringan yang utama adalah akibat efek ekselarasi/deselerasi atau rotasi dan putaran. Efek ekselerasi/deselerasi akan menyebabkan kontusi jaringan otak akibat benturan dengan tulang tengkorak, terutama di bagian frontal dan frontal temperol. Gaya benturan yag menyebar dapat menyebabkan cedera aksonal difus (diffuse axonal injury) atau cedera coup-contra.coup (hoffman,dkk,1996).



IV.             PATOFISIOLOGI

Trauma Kepala


Cidera jaringan Otak


Rusaknya sawar                            Vasodilitasi &
   Batang Otak                               Edema Otak


                                                                                                Peningkatan TIK → Hernia
              ↑ PCO2
              ↓ PH                                                                             Penurunan Aliran Darah
              ↓ PO2                                                                                               
                                                                                                   Ischemia jaringan Otak
                                                                                                             (hipoksia)


 
                                                                                                              Sel  mati
                                                                                                           
V.                TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala cidera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama:
1.      Tanda dan gejala fisik/sumatik
          Nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus.
2.      Tanda dan gejala kognitif
Gangguan memori, gangguan perhatian dan berpikir kompleks.
3.      Tanda dan gejala emosional/kepribadian
Kecemasan, iritabilitas.
                                                                                    (Hoffman, dkk, 1996)
Gambaran klinis secara umum pada Trauma Kapitis :
  • Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran .
  • Pola pernapasan secara progresif menjadi abnormal.
  • Respon pupil mungkin lenyap .
  • Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.
  • Dapat timbul mual muntah akibat peningkatan tekanan intrakrania.
  • Perubahan perilaku kognitif dan perubahan Fisik pada berbicara  & gemotorik dapat timbul segera atau secara lambat. 

VI.             KOMPLIKASI
Komplikasi pada Trauma Kapitis :
1.              Kebocoran cairan Serebrospinal
Akibat fraktor pada Fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktor tengkorak bagian petrous dari tulang temporol.
2.              Kejang
Kejang pasca trauma dapat terjadi secara (dalam 24 jam pertama) dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3.              Diabetes Insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada rangkai hipofisis menyebabkan penghentian sekresi hormon antideuretik.

VII.          PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.               Scan – CT                                             : Mengidentifikasi adanya SOL.Hemorogi, menentukan Ukuran ventrikel, pergeseraan cairan otak.       
b.              MRI                                                      : Sama dengan Scan –CT dengan atau tanpa kontras.
c.               Angiografi Serebral                               : Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti  pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
d.              EEG                                                      : Memperlihatkan keberadaan atau perkembangan gelombang         
e.               Sinar X                                                  : Mendeteksi adanya perubahan struktur  tulang (Fraktor) pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan) edema dan adanya frakmen tulang.
f.               BAER (Brain Auditory Evoked)          : Menentukan fungsi dari kortel dan batang otak .
g.              PET (Positron Emission Tomografi): Menunjukkan aktiitas metabolisme pada otak.
h.              Pungsi Lombal CSS                              : Dapat menduga adanya perdarahan subarachnoi.
i.                GDA (Gas Darah Arteri)                      : Mengetahui adanya masalah ventilasi oksigenasi yang dapat menimbulkan
j.                Kimia/Elektrolit Darah                          : Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam peningkatan TIK/perubahan
k.              Pemeriksaan Toksikolog                       : Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.
l.                Kaular Anti Konvulsan Darah              : Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat yang cukup efektif untuk  

VIII.       PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder dapat disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi maupun hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Turner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada penderita cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :
  • Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
  • Stabilisasi vertebra servikalis pada semua kasus trauma
  • Berikan oksigenasi
  • Awasi tekanan darah
  • Kenali tanda-tanda shock akibat hipovolemik atau neurogenik
  • Atasi shock
  • Awasi kemungkinan munculnya kejang
Penggunaan obat neuroprotektan merupakan pendekatan yang logis dalam terapi cedera kepala traumatik, walaupun bukti kliniknya masih terbatas (Teasdale, 1997, Turner, 2000).

IX.             PENGKAJIAN KEPARAWATAN
Data tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital.
1.              Aktivitas/Istirahat
Gejala      : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda      : Perubahan kesadaran, letargi, Hemiparase, quadreplegia, Ataksia cara
                  berjalan tidak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma)
    ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
2.              Sirkulasi
Gejala      : Perubahan tekanan darah atau normal (hiper), Perubahan frekuensi
    Jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia
    disritmia).
3.              Integritas Ego
Gejala      : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda      : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitas, binggung dan depresi.
4.              Eliminasi
Gejala      : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5.              Makanan/Cairan
Gejala      : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda      : Muntah, gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia).
6.              Neurosensori
Gejala      : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
                            Sinkope, tunitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
    ekstremitas.
                            Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
                            kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.
                            Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda      : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental
                  (orientasi, pemecahan masalah, memar), perubahan pupil
    (respons terhadap cahaya, simetri).
  Kehilangan pengindraan seperti pengecapan, penciuman, wajah tidak
  Simetri, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam
  menentukan posisi tubuh.
7.              Nyeri/Kenyamanan
Gejala      : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda      : Wajah menyeringai, respons pada rangsangan nyeri yang hebat,
           
8.              Pernafasan
Tanda      : Perubahan pada nafas (yang diselingi oleh hiperventilasi),
                            Nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengipositif (kemungkinan
                            Karena aspirasi).
9.              Keamanan
Gejala      : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda      : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif, gangguan
                  Rentang gerak dan demam.
10.          Interaksi Sosial
Tanda      : Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
                  Disartria, aromia.

X.                DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan
:
:
Perubahan perfusi jaringan serebral
Penghentian aliran darah oleh SOL (hemoragi, hematoma), edema serebral (respons lokal atau umum pada cedera), perubahan metabolik, (takar lajak obat/alkohol), penurunan TD sistematik/hipoksia (hipovolemia, distritmia jantung).
2.
Diagnosa keperawatan

Faktor resiko meliputi

:

:
Resiko tinggi terhadap ketidak efektifan pola nafas.
-     Kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan otak).
-     Kerusakan persepsi atau kognitif.
-     Obstruksi trakeobvankial.
3.
Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan
:
:
Perubahan proses pikir.
Perubahan fisiologis, konflik psikologis.
4.
Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan
:
:
Kerusakan mobilitas fisik.
-     Kerusakan persepsi atau kognitif.
-     Penurunan kekuatan/tahanan.
-     Terapi pembatasan/kewaspadaan, keamanan.
5.
Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan
:
:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Trauma/kecelakaan, pembedahan, penggunaan pipa invasif, masa posipartum.
6.
Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan
:
:
Nyeri
Trauma neurologis, metastase, perubahan fungsi tubuh.


DAFTAR PUSTAKA


-              Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
-              Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
-              Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...