LANDASAN
TEORI
A.
MEDIS
1.
Pengertian
Demam
tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus.
(Sjaifoellah Noer,
1997 hlm 435)
Demam
typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama
terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear
dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. (Darmowandowo, 2006)
Thypus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(FKUI, 2000)
2.
Anatomi
dan FIsiologi
Usus
halus/intestinum minor
Usus
halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus
dan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari:
Lapisanusus
halus; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. sirkuler),
lapisan otot memanjang ( M. longitudinal), dan lapisan serosa ( sebalah luar).
a. Duodenum,
di
sebut juga usus 12 jari panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir
yang membukit di sebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran
empedu ( duktus koledokus) dan saluran pancreas ( duktus wirsungi/ duktus
pankreatikus).
Empedu di buat di hati untuk di keluarkan ke duodenum
melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsi kan lemak, dengan bantuan
lipase.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak
mengandung kalenjar, kalenjar ini di sebut kalenjar-kalenjar brunner, berfungsi
untuk memproduksi getah intestinum.
b. Yeyenum dam Ileum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ±6 m. dua
perlima bagian adalah (yeyenum) dengan panjang 23 m dan ileum dengan panjang
4-5 m. lekukan yeyenum dan ileum meletak pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas di kenal sebagai mesenterium.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
perantaraa lubang yang bernama urifisium ileoseikalis, urifisium ini di perkuat
oleh sfinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis
atau valvula baukhini yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon asendens tidak
masuk kembali keadaan ileum.
Fungsi usus halus
1. Menerima
zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah
dan saluran-saluran limfe.
2. Menyerap
protein dalam bentuk asam amino.
3. Karbohidrat
diserap dalam bentuk monosakarida
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang
menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan :
1. Enterokinase,
mengaktifkan enzim proteolitik
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam
amino.
a. Lactase
mengubah lactase menjadi monosakarida.
b. Maltose
mengubah maltosa menjadi monosakarida.
c. Sukrosa
mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
(Syafuddin, 1997
hlm 78 )
3.
Etiologi
Etiologi
demam thypoid adalah :
a. Bakteri
Salmonella Thyposa
b. Bakteri
Salmonella Parathyposa A, B, dan C
Salmonella Thyposa sangat resisten dan dapat
hidup lama dalam air yang keruh atau pada makanan yang terkontaminasi.
Salmonella paratyphi basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O
(somatik), H (flagela), VI dan protein membran hialin
(Kasendaadhd, 2008)
4.
Pathofisiologi
Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat
menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
(Sjaifoellah
Noer, 1997 hlm 435)
5.
Manifestasi
Klinis
Gejala yang timbul sangat bervariasi dimana
timbul secara tiba-tiba atau berangsur-angsur.adapun gejala awal ditandai
dengan :
a. Malaise
b. Anorexia
c. Lidah
kotor (tampak keputihan)
d. Sakit
kepala
e. Rasa
tak enak diperut
f. Nyeri
seluruh tubuh (psykosomatis)
Gejala klinis :
Minggu
I :
1. Demam
tinggi bertahap
2. Nyeri
kepala
3. Pusing
4. Nyeri
otot
5. Anoreksia
6. Perasaan
tidak enak diperut,batuk
7. Epistaksis
Minggu II :
1. Demam
kontinyu
2. Apatis,lemah,delirium
sampai dengan comatus
3. Bradikardia
relative
4. Lidah
yang khas (kotor di tengah, tepid an ujung merah dan tremor)
5. Hepatomegal,
spenomegali
Minggu III :
1. Disorientasi
mental
2. Dimungkinkan
bisa timbul perdarahan atau perforasi
Minggu IV :
1. Demam
mulai menurun
2. Perbaikan
keadaan umum
(Sjaifoellah Noer,
1997 hlm 438)
6.
Komplikasi
Komplikasi demam typhoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi
intestinal
a. Perdarahan
usus
b. Perforasi
usus
c. Ileus
paralitik
2. Komplikasi
ekstra intestinal
a. Komplikasi
kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi
darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan
sindrom uremia hemolitik
c. Komplikasi
paru
Pneumonia empiema dan pleurutis
d. Komplikasi
hepar dan kandung empedu, hepatitis, dan kolesistisis
e. Komplikasi
ginjal
Glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis
f. Komplikasi
tulang
Osteomilitis, periostitis, spondilitis, dan
artritis
g. Komplikasi
neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningitis,
polyneuritis perifer.
(Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 437)
7.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaan
laboratorium
a. Pemeriksaan
darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
b. Biakan
empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam
minggu pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi.
d. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan
Tubex TF cukup akurat.
e. Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi
kembali ke normal setelah sembuhnya dema typhoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
( Patriani, 2008)
8.
Penatalaksanaan
Medis
1. Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7
hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari.
2. Diet
TKTP tetapi rendah kalori
3. Bila terjadi deman beri kompres dingin
4. Obat-obat
antimikroba :
·
Klorampenikol 4x500 gram selama 2 minggu
·
Amoksillin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari dan ampisillin
dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
·
Ko-trimoksasol dengan dosis 8 mg/kbBB/hari
terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari
·
Sefalosporin
·
fluorokinolon
5. obat-obat kortikosteroid, bila ada
indikasi toxicosis dapat diberika kortikosteroid oral atau parenteral dalam
dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari.
6. Bila
ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi
7. Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai menurun.
(
Ummusalma, 2007)
9.
Prognosa
Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa adalah
7,4%, rata-rata 5,7%.
10. Pencegahan
Usaha terhadap lingkungan hidup:
a. Terhadap
lingkungan
1) Penyediaan
air minum yang memenuhi syarat kesehatan
2) Pembuangan
kotoran manusia (faeces) BAB dan BAK yang tertutup
3) Pemberantasan
lalat
4) Pengawasan
terhadap rumah-rumah makan dan penjualan makanan.
b. Terhadap
manusia
1) Imunisasi
aktif maupun pasif
2) Menemukan
dan mengawasi Carier Typhoid
3) Pendidikan
kesehatan pada masyarakat : hygiene lingkungan dan sanitasi lingkungan.
B.
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Perubahan dan
penatalaksana kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b. Pola
nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan
selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
c. Pola
aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat
adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
d. Pola
tidur dan aktivitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu
dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada
waktu tidur
e. Pola
eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi
refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan. Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam
penyakit yaitu konstipasi dan diare.
Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.
Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimba
Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.
Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimba
f. Pola
reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien
yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
g. Pola
persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan
mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
h. Pola
persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak
efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
i. Pola
hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi
terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
j. Pola
hubungan dan peran
Pasien tidak bisa berisolasi dengan keadaan
sekitar sehubungan dengan penyakitnya.
Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien (Pola Gordon).
Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien (Pola Gordon).
(Patriani, 2008)
2.
Diagnosa
Keperawatan
a. Hipertermi
b.d proses infeksi usus halus
b. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrient, anoreksia
c. Perubahan kenyaman ( nyeri perut ) b.d proses infeksi.
d. Perubahan kenyamanan ( mual ) b.d proses infeksi usus
halus.
e. Konstipasi b.d peristaltik usus menurun akibat gangguan
fungsi usus halus, kurang aktifitas.
f. Intoleransi aktivitas b.d badan lemah, nyeri perut.
g. Diare b.d gangguan absorbsi nutrien.
h. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d mual, muntah,
diare.
i. Ansietas
b.d kurang pengetahuan tentang penyakit.
( Kasendaadhd, 2008)
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
- Hipertermi b/d proses infeksi usus halus
Tujuan
dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
akan menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi
:
a.
Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/
diaforesis
Rasional:
suhu 38,9ºC- 41,1ºC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b.
Pantau suhu lingkungan , batasi atau
tanbahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
Rasional:
suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
c.
Berikan kompres mandi hangat , hindari
penggunaan alcohol
Rasional:
dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air es atau alcohol mungkin
menyabakan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu, alcohol dapt
mengeringkan kulit.
d.
Berikan antipiretik sesuai indikasi
Rasional:
dapat membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism, dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d anoreksia
Tujuan
dan criteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
teratasi dengan criteria pasien akan: menunjukkan perilaku perubahan pola hidup
untuk meningkatkan BB, bebas tanda mal nutrisi.
Intervensi:
a. Awasi
pemasukan diet/ jumlah kalori, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.
Rasional: makan banyak sulit untuk diatur
bila pasien anoreksia.
b. Anjurkan
makan dalam posisi tegak.
Rasional: menurunkan rasa penuh pada andomen
dan dapat meningkatkan pemasukan.
c. Dorong
pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen.
Rasional: bahan ini merupakan ekstra kalori dan
dapat lebih mudah dicerna/ toleran bila
makanan lain tidak dapat masuk.
d. Berikan
obat antiemetic sesuai indikasi.
Rasional: diberikan ½ lam sebelum makan,
dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
3. Perubahan kenyaman ( nyeri perut ) b.d proses infeksi.
Tujuan
dan criteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan masalah
teratasi dengan criteria: klien melaporkan nyeri berkurang, klien mengetahui
cara mengendalikan nyeri.
Intervensi:
a. Kaji
karakteristik nyeri: tingkat nyeri, penyebab, kualitras nyeri, daerah, skala,
waktu.
Rasional: mengetahuli tindakan yang tepat
untuk mengendalikan nyeri.
b. Kaji
tanda vital setiap 8 jam
Rasional: kenaikan suhu dan tekanan darah
dimungkinkan nyeri bertambah parah.
c. Ajarkan
teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional: napas dalam sangat baik untuk
relaksasi dan perasaan tenang.
d. Berikan
analgetik sesuai indikadsi.
Rasional: mengurangi rasa nyeri.