Wikipedia

Search results

Translate

1 February 2016

Askep Thypoid Fever



LANDASAN TEORI

A.   MEDIS

1.    Pengertian

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus.
                                                        (Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 435)

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.  (Darmowandowo, 2006)


Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(FKUI, 2000)

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ) ( Patriani, 2008)

2.    Anatomi dan FIsiologi

 Usus halus/intestinum minor


Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari:
Lapisanusus halus; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. sirkuler), lapisan otot memanjang ( M. longitudinal), dan lapisan serosa ( sebalah luar).

a.    Duodenum,
di sebut juga usus 12 jari panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit di sebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledokus) dan saluran pancreas ( duktus wirsungi/ duktus pankreatikus).
Empedu di buat di hati untuk di keluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsi kan lemak, dengan bantuan lipase.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kalenjar, kalenjar ini di sebut kalenjar-kalenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

b.    Yeyenum dam Ileum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ±6 m. dua perlima bagian adalah (yeyenum) dengan panjang 23 m dan ileum dengan panjang 4-5 m. lekukan yeyenum dan ileum meletak pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas di kenal sebagai mesenterium.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraa lubang yang bernama urifisium ileoseikalis, urifisium ini di perkuat oleh sfinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhini yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali keadaan ileum.

    Fungsi usus halus
1.    Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2.    Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3.    Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan :
1.    Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik
2.    Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
a.    Lactase mengubah lactase menjadi monosakarida.
b.    Maltose mengubah maltosa menjadi monosakarida.
c.    Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
                                                                                 (Syafuddin, 1997 hlm 78 )

3.    Etiologi

Etiologi demam thypoid adalah :
a.    Bakteri Salmonella Thyposa
b.    Bakteri Salmonella Parathyposa A, B, dan C
Salmonella Thyposa sangat resisten dan dapat hidup lama dalam air yang keruh atau pada makanan yang terkontaminasi. Salmonella paratyphi basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatik), H (flagela), VI dan protein membran hialin
                                                             (Kasendaadhd, 2008)



4.    Pathofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

                                                      (Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 435)






5.    Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul sangat bervariasi dimana timbul secara tiba-tiba atau berangsur-angsur.adapun gejala awal ditandai dengan :
a.    Malaise
b.    Anorexia
c.    Lidah kotor (tampak keputihan)
d.    Sakit kepala
e.    Rasa tak enak diperut
f.     Nyeri seluruh tubuh (psykosomatis)


           Gejala klinis :
            Minggu I :
1.    Demam tinggi bertahap
2.    Nyeri kepala
3.    Pusing
4.    Nyeri otot
5.    Anoreksia
6.    Perasaan tidak enak diperut,batuk
7.    Epistaksis
            Minggu II :
1.    Demam kontinyu
2.    Apatis,lemah,delirium sampai dengan comatus
3.    Bradikardia relative
4.    Lidah yang khas (kotor di tengah, tepid an ujung merah dan tremor)
5.    Hepatomegal, spenomegali
            Minggu III :
1.    Disorientasi mental
2.    Dimungkinkan bisa timbul perdarahan atau perforasi
            Minggu IV :
1.    Demam mulai menurun
2.    Perbaikan keadaan umum
                                                       (Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 438)



6.    Komplikasi

Komplikasi demam typhoid dapat dibagi dalam :
1.    Komplikasi intestinal
a.    Perdarahan usus
b.    Perforasi usus
c.    Ileus paralitik
2.    Komplikasi ekstra intestinal
a.    Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
b.    Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan sindrom uremia hemolitik
c.    Komplikasi paru
Pneumonia empiema dan pleurutis
d.    Komplikasi hepar dan kandung empedu, hepatitis, dan kolesistisis
e.    Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
f.     Komplikasi tulang
Osteomilitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
g.    Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer.
                                                                  
                                                       (Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 437)



7.    Pemeriksaan Diagnostik

1.    Pemeriksaan laboratorium
a.    Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b.    Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
c.    Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi.
d.    Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex TF cukup akurat.
e.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya dema typhoid.  Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
                                                                      ( Patriani, 2008)



8.    Penatalaksanaan Medis

1.    Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari.
2.    Diet TKTP tetapi rendah kalori
3.    Bila terjadi deman beri kompres dingin
4.    Obat-obat antimikroba :
·         Klorampenikol 4x500 gram selama 2 minggu
·         Amoksillin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari dan ampisillin dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
·         Ko-trimoksasol dengan dosis 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari
·         Sefalosporin
·         fluorokinolon
5.    obat-obat  kortikosteroid, bila ada indikasi toxicosis dapat diberika kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari.
6.    Bila ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi
7.    Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai menurun.
                                                              ( Ummusalma, 2007)

9.    Prognosa

Prognosis demam typoid  tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4%, rata-rata 5,7%.


10. Pencegahan

Usaha terhadap lingkungan hidup:
a.    Terhadap lingkungan
1)    Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan
2)    Pembuangan kotoran manusia (faeces) BAB dan BAK yang tertutup
3)    Pemberantasan lalat
4)    Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjualan makanan.
b.    Terhadap manusia
1)    Imunisasi aktif maupun pasif
2)    Menemukan dan mengawasi Carier Typhoid
3)    Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene lingkungan dan sanitasi lingkungan.




B.   KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

a.    Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Perubahan dan penatalaksana kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b.    Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c.    Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d.    Pola tidur dan aktivitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur
e.    Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Pasien thypes ini biasanya mengalami dua macam penyakit yaitu konstipasi dan diare.
Retensi urine juga bisa terjadi pada pasien thypes.
Intake dan output cairan dan nutrisi dalam tubuh harus seimba
f.     Pola reproduksi dan seksual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
g.    Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
h.    Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
i.      Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

j.      Pola hubungan dan peran
Pasien tidak bisa berisolasi dengan keadaan sekitar sehubungan dengan penyakitnya.
Keluarga juga ikut aktif dalam upaya penyembuhan pasien (Pola Gordon).

                                                     
                                                                                 (Patriani, 2008)

2.    Diagnosa Keperawatan

a.    Hipertermi b.d proses infeksi usus halus
b.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrient, anoreksia
c.    Perubahan kenyaman ( nyeri perut ) b.d proses infeksi.
d.    Perubahan kenyamanan ( mual ) b.d proses infeksi usus halus.
e.    Konstipasi b.d peristaltik usus menurun akibat gangguan fungsi usus halus, kurang aktifitas.
f.     Intoleransi aktivitas b.d badan lemah, nyeri perut.
g.    Diare b.d gangguan absorbsi nutrien.
h.    Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, diare.
i.      Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit.
                                                                                
                                                             ( Kasendaadhd, 2008)



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

  1. Hipertermi b/d proses infeksi usus halus
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien akan menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi :
a.    Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis
Rasional: suhu 38,9ºC- 41,1ºC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b.    Pantau suhu lingkungan , batasi atau tanbahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
Rasional: suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
c.    Berikan kompres mandi hangat , hindari penggunaan alcohol
Rasional: dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air es atau alcohol mungkin menyabakan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu, alcohol dapt mengeringkan kulit.
d.    Berikan antipiretik sesuai indikasi
Rasional: dapat membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.


2.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan dan criteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah teratasi dengan criteria pasien akan: menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan BB, bebas tanda mal nutrisi.

Intervensi:
a.    Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.
Rasional: makan banyak sulit untuk diatur bila pasien anoreksia.
b.    Anjurkan makan dalam posisi tegak.
Rasional: menurunkan rasa penuh pada andomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
c.    Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen.
Rasional: bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih  mudah dicerna/ toleran bila makanan lain tidak dapat masuk.
d.    Berikan obat antiemetic sesuai indikasi.
Rasional: diberikan ½ lam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.


3.    Perubahan kenyaman ( nyeri perut ) b.d proses infeksi.
Tujuan dan criteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan masalah teratasi dengan criteria: klien melaporkan nyeri berkurang, klien mengetahui cara mengendalikan nyeri.

Intervensi:
a.    Kaji karakteristik nyeri: tingkat nyeri, penyebab, kualitras nyeri, daerah, skala, waktu.
Rasional: mengetahuli tindakan yang tepat untuk mengendalikan nyeri.
b.    Kaji tanda vital setiap 8 jam
Rasional: kenaikan suhu dan tekanan darah dimungkinkan nyeri bertambah parah.
c.    Ajarkan teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional: napas dalam sangat baik untuk relaksasi dan perasaan tenang.
d.    Berikan analgetik sesuai indikadsi.
Rasional: mengurangi rasa nyeri.

 

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...