Wikipedia

Search results

Translate

1 February 2016

Askep Rhinitis



RHINITIS

A. Aspek Medis
1.      Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
o   Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
o   Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.


2.      Anatomi Fisiologi
1)           Dorsum nasi
Batang hidung ( Dorsum nasi ) terdiri atas :
a.             bagian yang keras ( kranial ) :
            - Os nasalis kanan / kiri, Pros. Frontalis osis maksila
b.            bagian yang lunak ( kaudal ) :
-    kartilago lateralis dan kartilago alaris
Pada kartilago alaris kulit dihubungkan dengan perikondrium oleh jaringan ikat yang keras ( juga dalam verstibulum nasi ). Dalam vestibulum didapati rambut – rambut.

2)            Septum nasi
Septum nasi menopang dorsum nasi dan membagi kedua dorsum nasi dan membagi dua kavum nasi.
Terdiri atas dua bagian :
a.       Bagian posterior terdiri atas tulang : lamina perpendikularis os etmoidalis, vomer.
b.      Bagian anterior terdiri atas tulang rawan : kartilago quadrangularis.
3)            Kavum nasi
Batas – batasnya :
Media              : septum nasi
Lateral             : konka superior, medius, inferior, meatus superior, medius, inferior.
Anterior           : introitus kavum nasi, disebut nares
Posterior          : koane
Superior           : lamina kribrosa
Inverior           : palatum durum
Semua dilapisi oleh mukosa. Mukosa pada septum didapati lebih di anterior dari pada di konka inferior.
4)            Sinus paranasalis
a.       golongan anterior, terdiri dari :
·         sinus maksilaris, etmoidalis anterior, frontalis
·         ostia dari sinus ini didapati dalam meatus medius
·         pus dalam meatus medius mengalir ke vestibulum nasi
b.      golongan posterior terdiri dari :
·         sinus etmoidalis posterior, sinus sfenoidalis
·         ostia dari sinus ini didapati dari meatus superior
·         pus dalam meatus superior mengalir dalam faring



3.      Macam – Macam Rhinitis

1)      Rhinitis alergi

a.               Pengertian
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.( www. Google.com )
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 )

b.                 Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

·       Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
·       Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.


Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
·       Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
·       Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
·       Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
·       Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan


Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan


c.                                           Tanda dan Gejala
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.


d.                    Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).


·         Macam-Macam Rinitis alergi

  1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.



Ø  Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.


  1. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat

Ø  Gejala
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

2)      Rhinitis Non Alergi

1.      Pengertian
Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.

2.      Macam – macam rhinitis non alergi
§  Rinitis vasomotor

a.      Pengertian
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.(www. Google.com). Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergisehingga sulit untuk dibedakan.

b.      Etiologi
Belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
- Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
- Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
-  Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
- Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)



c.       Tanda dan Gejala
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita)

d.      Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar, sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya.( kapita)

e.       Pemeriksaan diagnostik
Dilakukan pemeriksaaan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret kulit tetapi jumlahnya sedikit. Tes kulit biasnya negatif.

f.       Penatalaksanaan medik
Di cari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan disingkirkan kemungkinana rhinitis alergi. Terapi bervariasi, tergantung faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara umum terbagi atas :
-   Menghindari penyebab
- Pengobatan simtomatis, dengan obat dekongestan oral dan kortikosteroid topikal
- Operasi, dengan bedah beku, elektrokauter, atau konkotomi konka inferior
- Neurektomi nervus vidianus sebagai saraf otonom mukosa hidung, jika cara-cara di atas tidak berhasil. Operasinya tidak mudah dan komplikasinya cukup berat. (kapita )


3)      Rinitis Medikamentosa

  1. Pengertian
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

  1. Tanda dan Gejala
Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.








4)      Rhinitis Atrofi

  1. Pengertian
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.

  1. Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

  1. Tanda dan Gejala
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.

  1. Pemeriksaan diagnostik
Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

  1. Penatalaksanaan medik
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan
1. Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala hilang.
2. Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
3. Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu
4. Preparat Fe
5. Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.


  1. Komplikasi
Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT



ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA
DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

I.       Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II.    Jenis – jenis operasi sectio caesarea
1.      Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a.       Sectio caesarea transperitonealis
-        SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
ü  Mengeluarkan janin dengan cepat
ü  Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
ü  Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
ü  Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
ü  Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
-        SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
ü  Penjahitan luka lebih mudah
ü  Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
ü  Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
ü  Perdarahan tidak begitu banyak
ü  Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
ü  Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
ü  Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b.      SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
2.      Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
  2. Sayatan melintang ( Transversal )
  3. Sayatan huruf T ( T insicion )
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
-        Fetal distress
-        His lemah / melemah
-        Janin dalam posisi sungsang atau melintang
-        Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )
-        Plasenta previa
-        Kalainan letak
-        Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
-        Rupture uteri mengancam
-        Hydrocephalus
-        Primi muda atau tua
-        Partus dengan komplikasi
-        Panggul sempit
-        Problema plasenta


IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.      Infeksi puerperal ( Nifas )
-          Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
-          Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
-          Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.      Perdarahan
-          Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
-          Perdarahan pada plasenta bed
3.      Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4.      Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

V.    Post Partum
A.    DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
      Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu.
      (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
      adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B.     PERIODE
      Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1.      Early post partum
      Dalam 24 jam pertama.
2.      Immediate post partum
      Minggu pertama post partum.
3.      Late post partum
      Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

C.    TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2.      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4.      Memberikan pelayanan keluarga berencana.

D.       TANDA DAN GEJALA
1.      Perubahan Fisik
a.       Sistem Reproduksi
·         Uterus
·         Involusi :  Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.


No
Waktu
TFU
Konsistensi
After pain
Kontraksi
1.


2.


3.


4.
Segera setelah lahir
1 jam setelah lahir
12 jam setelah lahir
setelah 2 hari
Pertengahan simpisis dan umbilikus
Umbilikus

1 cm di atas pusat

Turun 1 cm/hari


Lembut
Terjadi





Berkurang


Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
-          Lochea
·         Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
·         Tahap
a.       Rubra (merah) : 1-3 hari.
b.      Serosa (pink kecoklatan)
c.       Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
·         Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
-          Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
-          Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
-          Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
-          Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
-          Perineum
·         Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
·         Laserasi
TK I    :  Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II   :  Meluas sampai dengan otot perineal
TK III :  Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV :  melibatkan dinding anterior rektal
b.   Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c.    Sistem Endokrin
-          Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
-          Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d.   Sistem Kardiovaskuler
-          Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
-          Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
-          Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
-          Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e.    Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f.    Sistem Gastrointestinal
-          Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
-          Nafsu makan kembali normal.
-          Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g.   Sistem Urinaria
-          Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
-          Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
-          Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h.   Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i.     Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j.     Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

VI.       PANGGUL SEMPIT
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1.      Kesempitan pintu atas panggul
2.      kesempitan bidang bawah panggul
3.      kesempitan pintu bawah panggul
4.      kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Ø  Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
      Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1.      Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a.       Panggul sempit seluruh  : semua ukuran kecil
b.      Panggul picak                 : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c.       Panggul sempit picak     : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
d.      Panggul corong              :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit
e.       Panggul belah                 : symphyse terbuka


2.      kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a.       Panggul rachitis              : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
b.      Panggul osteomalacci     : panggul sempit melintang
c.       Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3.      kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a.       kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b.      sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
4.      kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

Ø  Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
1.Pengaruh pada kehamilan
-          Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
-          Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
-          Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
-          Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
-          Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.

2.Pengaruh pada persalinan
-          Persalinan lebih lama dari biasa.
a.       Karena gangguan pembukaan
b.      Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
-          Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a.       Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
b.      Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
c.       Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
-          Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
-          Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.
Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
-          Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
-          Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
-          Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.

3.Pengaruh pada anak
-    Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
-    Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
-    Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
Ø  Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
1.      Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2.      Pada primipara ada perut menggantung
3.      pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4.      kelainan letak pada hamil tua
5.      kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)
6.      osborn positip
Ø  Prognosa
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor
-          Bentuk panggul
-          Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
-          Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
-          Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
-          Presentasi dan posisi kepala
-          His
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½  cm.
Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat.
Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
1.      Riwayat persalinan yang lampau
2.      besarnya presentasi dan posisi anak
3.      pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa
4.      his
5.      lancarnya pembukaan
6.      infeksi intra partum
7.      bentuk panggul dan derajat kesempitan
karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.

Ø  Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
1.      – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
-          Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
-          Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
2.      – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
-          Forcepe gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :
1.      Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2.      test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.
Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.
                     Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1.      Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2.      kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut

Ø  kesempitan bidang tengah panggul
bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5

Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :
1.      Diameter transversa ( diameter antar spina )            10 ½ cm
2.      diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5             11 ½ cm
3.      diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5                                           5 cm
dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :
1.      Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal  10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
2.      diameter antara spina < 9 cm
ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
-          Spinae ischiadicae sangat menonjol
-          Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang

Ø  Prognosa
Kesempitan bidang  tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.

Ø  Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Ø  Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1.      Diameter transversa (diameter antar tuberum )        11 cm
2.      diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum                                                                   11 ½ cm
3.      diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum                                  7 ½ cm
         pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang
kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
          Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.

VII.          Pengkajian
1.      Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
2.      integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
3.      Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering    pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
4.      Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
5.      Keamanan
-        Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
-        Adanya defisiensi imun
-        Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
-        Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
-        Riwayat penyakit hepatic
-        Riwayat tranfusi darah
-        Tanda munculnya proses infeksi

VIII. Pathways







IX.       Proritas Keperawatan
-        Mengurangi ansietas dan trauma emosional
-        Menyediakan keamanan fisik
-        Mencegah komplikasi
-        Meredakan rasa sakit
-        Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
-        Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
X.    Diagnosa Keperawatan
Ø  Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Ø  Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Ø  Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Ø  Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XI. Intervensi
DP
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan









Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri








Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
















Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan tubuh untuk penyembuhan luka,penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah
Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil :
-        Tidak menunjukkan traumatik pada saat membicarakan pembedahan
-        Tidak tampak gelisah
-        Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama
-        Pasien merasa tenang

Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama  dengan kriteria hasil :
-        Menunjukkan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi
-        Albumin dalam keadaan normal
-        Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam


Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan kriteria :
-        Pasien tidak mengeluh nyeri / mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang













Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi

-    Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman
-    Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu



-    Berikan nutrisi yang adekuat
-    Berikan penkes untuk menjaga daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka





-    lakukan pengkajian nyeri
-    lakukan managemen nyeri
-    monitoring keadaan insisi luka post operasi
-    ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali









-    kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi, kulit, kuku, rambut, rongga mulut
-    tekankan pentingnya trasnsisi pada pemberian makan per oral dengan tepat
-    beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi

-          Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.







-          Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daua tubuh yang optimal
-          Dengan adanya partisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud

-          Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda
-          Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
-          Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
-          Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus

-          Memberi kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari norma/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi
-          Trasnsisi pemberian makan oral lebih disukai
-          Pasien perlu bantuan untuk menghadapi masalah anoreksia, kelelahan, kelemahan otot








DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...