TUBERKULOSIS PARU
I. PENGERTIAN
-
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru,
Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh yang
lain, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
( Bruner dan Sudarth ; 2002 ; hal. 584
)
-
Tuberkulosis adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberkulosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lain.
(
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )
-
Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius yang menular disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang biasanya
menyerang jaringan parenkim paru. Namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain
seperti tulang, otak, ginjal, dan nodus limfe yang membutuhkan tetapi yang lama
dalam penyembuhannya.
( Halim Danusantoso ; 2004 ; hal. 94 )
II. ANATOMI FISIOLOGI
·
Paru
Merupakan struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar
toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan – gerakan dinding sangkar torak dan
dasarnya, yaitu diafragma.
·
Pleura
Adalah
bagian terluar dari paru – paru dikelilingi oleh membran halus yang licin. Juga
meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior
diafragma.
·
Mediastinum
Merupakan
dinding yang membagi rongga toraks menjadi 3 bagian. Mediastinum terbentuk dari
dua lapisan pleura.
·
Lobus
Setiap
paru dibagi menjadi lobus – lobus:
-
paru kiri dibagi menjadi 2 lobus :
lobus atas dan lobus bawah.
-
paru kanan dibagi menjadi 3 lobus
: lobus atas, tengah dan bawah.
·
Bronkus dan Bronkiolus
-
Bronkus lobaris = 3 pada paru
kanan dan 2 pada paru kiri.
-
Bronkus segmentaslis = 10 pada
paru kanan dan 8 pada paru kiri.
-
Bronkus subsegmentalis; dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki
arteri, limfatik
dan syaraf.
-
Bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya. Mengandung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir
yang membentuk selimut
tidak terputus untuk
lapisan bagian dalam jalan napas.
Bronkus dan Bronkiolus juga dilapisi oleh
sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh “Rambut” pendek yang disebut silia.
-
Bronkiolus bercabang à Bronkiolus terminalis, yang kemudian bercabang lagi menjadi
bronkiolus respiratoris.
-
Bronkiolus Respiratoris à kemudian mengarah dalam
duktus alveolar dan
sakulus
alveolar, kemudian ke alveoli.
·
Alveoli adalah tempat dimana
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang
tersusun dalam kluster antara 15 sampai 20 alveoli. Jika alveoli dibentangkan
akan membentuk luas + 70 m2. Terdapat 3 jenis alveolar sel :
-
Sel epitel, merupakan sel yang
membentuk dinding alveolar. (Tipe I)
-
Tipe II : merupakan sel –sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps.
-
Tipe III : yaitu makrofag
merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing sebagai
mekanisme pertahanan yang penting.
Proses Bernafas
Pengertian
pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam
bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke
lingkungan.
Respirasi
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara
O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
1. Respirasi / Pernapasan Dada
- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
- Tulang rusuk terangkat ke atas
- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
- Diafragma datar
- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter
oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang
diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15
kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat
oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat
mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena
tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita
hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah
mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar
dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
2. Pengikatan oksigen oleh
hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
3. Pemisahan oksigen dari hemoglobin
ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
4. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2


III. ETIOLOGI
·
) Penyebab dari Tuberkulosis paru
adalah kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang mempunyai sifat khusus, yaitu:
-
Tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
-
Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat gelap dan
lembab.
-
Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
( Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis ; 2003 ; hal. 9 )
·
) Kuman
Tuberkulosis
-
Mycobacterium Tuberkulosis (TB)
tergolong Ordo Actinomycetes, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium.
-
Merupakan basil gram positif,
tidak bergerak, aerob dan tersusun tunggal, berbentuk batang, tidak berbentuk
spora dan ukuran panjang berkisar antara 0,8 – 0,5 mikron, tebal antara 0,2 –
0,5 mikron dan mengandung banyak lemak, asam lemak, serta wax sehingga tahan
terhadap asam, gangguan kimia maupun fisik.
-
Mempunyai sifat khusus yakni tahan
terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam.
(
Bruner dan Sudarth ; 2002 ; hal. 584 - 585 )
IV. PATOFISIOLOGI
















Jaringan Fibrosa


Klasifikasi skar kolagenosa
(fase inaktif)
( Bruner dan Sudarth ; 2002 ;
hal. 585 )
V. TANDA DAN GEJALA
·
Gejala Umum
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium
Tuberkulosis yang menyebabkan lesi pada
jaringan parenkim paru.
·
Gejala lain yang sering dijumpai
-
Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari
saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah hasil dari membran submukosa yang
terus memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan benda saing.
-
Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari
saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses batuk dan infeksi
Mycobacterium Tuberkulosis.
-
Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena
berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis,
serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan
sesak napas.
-
Badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan
terjadi, akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan serta
infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena metabolisme
tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada
malam hari.
(
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )
VI. KOMPLIKASI
·
Komplikasi berikut sering terjadi
pada penderita stadium lanjut:
-
Hemoptisis berat
Terjadi akibat perdarahan saluran napas bawah, dapat
mengakibatkan kelemahan karena syock hipovolumi atau tersumbatnya jalan napas.
-
Kolaps dari lobus
Terjadi
akibat dari retraksi bronkial.
-
Bronkiektasis dan Fibrosis pada
Paru
Lesi
yang menyebabkan Mycobacterium Tuberkulosis menyebabkan fibrosis pada paru.
-
Pneumotorak spontan
Yaitu
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
-
Penyebaran infeksi ke organ lain
Penyebaran
infeksi dapat menuju ke organ lain seperti ginjal, otak, tulang, persendian,
nodul limfe, dll karena ikutnya basil Mycobacterium Tuberkulosis beredar
bersama aliran darah dan sistem limfe.
-
Insufisiensi Kardiopulmoner
Apabila
pada penderita TB kronik dapat menyebabkan jantung dan paru – paru tidak dapat
berfungsi dengan baik.
(
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan BTA
·
Diagnosis Paru orang dewasa dapat
ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif sedikitnya dua dari 3 spesimen pemeriksaan
SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) BTA hasilnya positif.
Bila hanya satu spesimen positif
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen thorak atau
pemeriksaan dahak SPS diulang.
-
Jika hasil rontgen mendukung TB,
maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
-
Jika hasil rontgen tidak mendukung
TB, maka pemeriksaan dahak SPS diulang.
Apabila fasilitas memadai, maka
dapat dilakukan pemeriksaan lain, misal biakan.
(
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 )
2.
Pemeriksaan Laboratorium darah
rutin
-
Biasanya ditemukan LED mengalami
peningkatan.
-
Terjadi Limfositosis.
3.
Tes Tuberkulin / Mantoux test
Tes kulit yang digunakan untuk
menentukan apakah telah terinfeksi basil TB. Ekstrak Basil Turbekel
(Tuberkulin) disuntkan kedalam lapisan intradermal pada aspek di dalam lengan
bawah, sekitar 10 cm di bawah siku. 0,1 ml PPD (Derivat Protein yang
dilemahkan) disuntikan membentuk benjolan pada kulit melembung.
Pada saat menyuntikkan jangan lupa
menuliskan tempat, nama antigen, nomor Lot dan tanggal serta waktu tes
dilakukan. Hasil pemeriksaan akan terlihat 48 sampai 72 jam.
Tes kulit Tuberkulin memberikan
reaksi setempat lambat, yang menandakan bahwa individu tersebut sensitif
terhadap tuberkulin.
Reaksi terjadi ketika tampak
indurasi maupun eritema:
·
Reaksi signifikan (+) , apabila
reaksi yang ditimbulkan luasnya lebih dari 10 mm.
·
Reaksi mungkin signifikan
(ragu-ragu), apabila reaksi yang ditimbulkan diameternya 5 mm.
·
Reaksi non signifikan (-), apabila
reaksi yang dimbulkan diameter 0 – 4 mm.
Makin kuat reaksi, makin besar
kecenderungan infeksi aktif.
( Bruner dan Sudarth ; 2002 ; hal. 586
)
4.
Foto Thorak, gambaran fotto
thoraks yang menonjol dignosis TB, yaitu:
·
Bayangan lesi terletak dilapang
atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
·
Bayangan berwarna (Patchy) atau
bercak (nodular).
·
Adanya kavitas, tunggal atau
ganda.
·
Kelainan bilateral, terutama
dilapang atas paru.
·
Adanya klasifikasi (pada inaktif).
·
Bayangan menetap pada foto ulang
beberapa minggu kemudian.
·
Bayangan milier.
5.
Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun
hanya ada 1 microorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
6.
Beckton Dickinson Diagnostik
Instrument System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2
yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh Mycobacterium Tuberkulosis.
7.
Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa
proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan aintibodi dapat
menetap dalam waktu lama sehingga menumbuhkan
masalah.
8.
Mycodot
Deteksi antibodi memakai antigen
Lipoarabinomanan yang direaksikan pada suatu alat berbentuk seperti sisir
plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi
spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
( Halim Danusantoso ; 2004 ; hal. 97
)
VIII. PENATALAKSANAAN MEDIK
1.
Pengobatan TB
·
Pengobatan TB mempunyai tujuan:
-
menyembuhkan pasien
-
mencegah kematian
-
mencegah kekambuhan
-
memutuskan rantai penularan
-
mencegah terjadinya resistensi kuman
·
Jenis OAT dan Dosis
JENIS OAT
|
SIFAT
|
Dosis yang direkomendasikan (mg / kg)
|
|
Harian
|
3x seminggu
|
||
ISONIAZID (H)
|
BAKTERISID
|
5
(4 – 6)
|
10
(8 – 12)
|
RIFAMPILIN ( R )
|
BAKTERISID
|
10
(8 – 12)
|
10
(8 – 12)
|
PYRAZINAMIDE (Z)
|
BAKTERISID
|
25
(20 – 30)
|
35
(30 – 40)
|
STREPTOMYCIN (S)
|
BAKTERISID
|
15
(12 – 18)
|
15
(12 – 18)
|
ETHAMBUTOL (E)
|
BAKTERIOSTATIK
|
15
(15 – 20)
|
30
(20 – 35)
|
·
Panduan OAT dan Peruntukannya
1.
Kategori – I (ZHRZE / 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
-
pasien TB Paru BTA positif
-
pasien TB Paru BTA negatif, foto
torak positif
-
pasien TB Paru ekstrak paru
BERAT BADAN
|
TAHAP INTENSIF
TIAP HARI SELAMA 56 HARI
RHZE (150/75/400/275)
|
TAHAP LANJUTAN
3 KALI SEMINGGU SELAMA 16 minggu
RH (150/150)
|
30 -37 Kg
|
2 tablet 4 KDT
|
2 tablet 2 KDT
|
38 -54 Kg
|
3 tablet 4 KDT
|
2 tablet 2 KDT
|
55 -70 Kg
|
4 tablet 4 KDT
|
4 tablet 2 KDT
|
> 71 Kg
|
5 tablet 4 KDT
|
5 tablet 2 KDT
|
2.
Kategoti – 2 (ZHRZE / HRZE /
5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA Positif yang telah diobati sebelumnya:
-
pasien kambuh
-
pasien gagal
-
pasien dengan pengobatan setelah
difault (terputus)
Dosis untuk
paduan OAT KDT kategori 2
BERAT BADAN
|
Tahap Intensif
Tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
|
Tahap lanjutan
3x seminggu
RH (150/150) + E (275)
|
|
Selama 56 hari
|
Selama 28 hari
|
Selama 20 minggu
|
|
30 -37 Kg
|
2 tablet 4 KDT
+ 500 mg streptomycin inj.
|
2 tablet 4 KDT
|
2 tablet 4 KDT
+ 2 tab Etambutol
|
38 -54 Kg
|
3 tablet 4 KDT
+ 500 mg streptomycin inj.
|
3 tablet 4 KDT
|
3 tablet 4 KDT
+ 3 tab Etambutol
|
55 -70 Kg
|
4 tablet 4 KDT
+ 500 mg streptomycin inj.
|
4 tablet 4 KDT
|
4 tablet 4 KDT
+ 4 tab Etambutol
|
> 71 Kg
|
5 tablet 4 KDT
+ 500 mg streptomycin inj.
|
5 tablet 4 KDT
|
5 tablet 4 KDT
+ 5 tab Etambutol
|
Catatan :
Untuk pasien yang
berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan berat badan.
Untuk perempuan hamil
lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan
streptomicin vial 1 gr yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 ml
sehingga menjadi 4 ml (1 ml = 250 mg).
3.
OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT
adalah sama seperti panduan paket untuk tahap intensif kategori I hanya
diberikan selama sebulan
(28 hari).
Dosis KDT untuk sisipan;
Berat Badan
|
Tahap Intensif tiap
hari selama
28 hari
RHZE ( 150 / 75 / 275 )
|
30 -37 Kg
|
2 tablet 4 KDT
|
38 -54 Kg
|
3 tablet 4 KDT
|
55 -70 Kg
|
4 tablet 4 KDT
|
> 71 Kg
|
5 tablet 4 KDT
|
( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 ; hal. 20 – 22 )
·
EFEK SAMPING OAT DAN
PENATALAKSANAANNYA
-
Efek samping ringan OAT
Efek samping
|
Penyebab
|
Penatalaksanaan
|
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut
|
Rifampisin
|
Semua OAT diminum pada malam sebelum tidur
|
Nyeri sendi
|
Pirazinamid
|
Beri Aspirin
|
Kesemutan sampai dengan rasa terbakar
|
INH
|
Beri Vit. B6 (piridoxin) 100 mg/hari
|
Warna kemerahan pada air seni (urine)
|
Rifampisin
|
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien
|
-
Efek samping berat OAT
Efek samping
|
Penyebab
|
Penatalaksanaan
|
Gatal dan kemerahan kulit
|
Semua jenis OAT
|
Anti Histamin
|
Tuli
|
Streptomicin
|
Streptomicin dihentikan,ganti Etambutol
|
Gangguan keseimbangan
|
Streptomicin
|
Streptomicin dihentikan, ganti Etambutol
|
Ikterus tanpa penyebab lain
|
Hampir semua OAT
|
Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
|
Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)
|
Hampir semua OAT
|
Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
|
Gangguan penglihatan
|
Etambutol
|
Hentikan Etambutol
|
Purpura dan renjatan (syok)
|
Rifampisin
|
Hentikan Rifampisin
|
( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 ; hal. 31 – 32 )
IX. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data
tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
·
Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan
Napas pendek karena kerja
Kesulitan tidur pada malam atau demam malam
hari, menggigil dan /atau
berkeringat
Mimpi buruk
Tanda : Takikardia, Takipnea / dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
·
Integritas Ego
Gejala : adanya / faktor stres lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tak berdaya / tak ada harapan
Populasi budaya / etnik : Amerika asli atau imigran dari Amerika
Tengah,
Asia Tenggara, Indian, anak
Benua
Tanda : Menyangkal
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
·
Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, keringat / kulit
bersisik
Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
·
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit
Perilaku distraksi, gelisah
·
Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif
Napas pendek
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit
luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleura)
·
Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh; AIDS,
Kanker
Tes HIV Positif
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
·
Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit
menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik
untuk
melaksanakan peran
·
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya TB
Tidak berpatisipasi dalam terapi
( Marilynn E. Doenges ; 2000
; 240 – 241 )
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Intoleransi Aktifitas berhubungan
dengan kelemahan / kelelahan.
2.
Ansietas berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif.
3.
Ketidakefektifan Pemberian Jalan
Napas berhubungan dengan sekresi yang berlebihan.
4.
Perubahan Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan.
5.
Kurang mandiri dalam merawat diri (mandi, makan/minum, BAK, BAB, berpakaian) berhubungan dengan kelemahan fisik.
( Judith M Wilkinson ; 2007 ; hal. 618 )
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Sudarth ; 2002 ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol-2 ; Jakarta : EGC
Danusantoro,
Halim ; 2004 ; Ilmu Penyakit Paru ; Jakarta : Hypocrates
Doenges,
M.E ; dkk ; 2000 ; Rencana Asuhan Keperawatan ; Jakarta : EGC
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ; 2006 ;
Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Wilkinson,
Judith M ; 2007 ; Buku Saku Diagnosis Keperawatan ; Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment