CEDERA KEPALA BERAT
A.
Pengertian
Suatu keaadaan dimana struktur lapisan
otak dari lapisan kulit kepala, tulang tengkorak, durameter, pembulu darah, serta
otaknya mengalami cidera, baik yang trauma tertutup maupun trauma tembus.
Suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala.
( Suriadi dan Rita Yuliadi ,2001)
Cedera kepala yang berat dapat merobek,
meremuk atau menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di
sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada jalur saraf,
perdarahan atau pembengkakan hebat.
B.
Anatomi Fisiologi
1.
Anatomi kepala
a. Kulit Kepala
Terdiri dari 5 lapisan yang di sebut dengan
SCALP
Yaitu
: Skin atau kulit, Connective tissue atau jaringan penyambung, apa nerosis
atau galeaapo neurotika, loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar
dan pericranium.
b. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan
otak dan terdiri dari 3 lapisan otak yaitu :
1) Durameter
Terdiri dari 2 lapisan, lapisanluar yang melapisi tengkorak
dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar.
2) Arakhnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter
dari dura meter.
3) Pia Meter
Yang menyelipkan dirinya ke dalm celah yang ada pada otak
dan sum-sum tulang belakang, dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat tadi
dengan demikian menyediakan darah untuk struktur – struktur ini.
c. Otak
Terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon.
Mensensefalon (otak tengah) dan rhomben
sefalon (otak belakang) terdiri dari : Pons, medula oblongata dan serebellum.
d. CairanSerebrospinalis
Dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. Cairan ini mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III.Cairan ini akan di reabsorbsi ke dalam
sirkulasi vena melalui granulasi oarakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis
superior.
2.
Fisiologi
Tekanan intra cranial (TIK) di
pengaruhi oleh volume darah intra cranial, cairan serebro spinal dan parenkim otak.
Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi telentang sama dengan tekanan
CSS yang di peroleh lumbal pungsi yaitu 4 – 10
mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi
otak dapat menyebabkan atau memperberat iskemia.
C.
Etiologi
Ada seorang ilmuwan mendiskripsikan bahwa
penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma ruda paksa yang di bedakan menjadi
2 faktor yaitu :
1. Trauma Primer.
Terjadi karena benturan langsung atau
tidak langsung (ekselerasi dan Deselerasi)
2. Trauma Sekunder.
Terjadi akibat dari trauma saraf yang
meluas, hipertensi intra cranial, hipoksia, hiperkapnea atau hipotensi sistemik.
Ada juga beberapa factor yang menyebabkan cedera kepala berat yaitu :
a. Kecelakaan atau jatuh kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
b. Kecelakaan pada saat olahraga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan.
(Hudak dan Galo, 1996 )
Cedera kepala berat akan menyebabkan tengkorak
dan isinya bergetar, kerusakan terjadi tergantung pada besarnya geteran makin besar
getaran makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan di
teruskan menuju Galia apon eurotika sehingga banyak energy yang di serap oleh perlindungan
otak, halite menyebabkan pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan hematoma
epidural, subdural maupun intra cranial, perdarahan tersebut akan mempengaruhi sirkulasi
darah ke otak menurun sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan
akan menyebabkan odema serebral.
Akibat dari hematoma di atas akan menyebabkan
distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang
berakibat pada kenaikan tekanan intra cranial (TIK) merangsang kelenjar
pituitary dan steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibat timbul
rasa mual dan muntah, dan anoreksia sehingga masukan nutrisi kurang.
E.
TandadanGejala
1. Pola pernafasan dapat segera progresif menjadi abnormal.
2. Nyeri kepala akan segera muncul.
3. Muntah – muntah akibat penekanan intra cranial.
4. Hilangnya kesadaran
5. Terdapat Hematoma.
6. Sukar untuk di bangunkan.
7. Pucat.
F.
Komplikasi
1. Koma
Secara khas berlangsung hanya beberapa
minggu atau hari, setelah masa ini penderita akan terbangun. Sedangkan pada kasus
lain memasuki vegetative state atau mati. Penderita pada masa ini sering membuka
matanya dan menggerakannya. Menjerit atau menunjukan respon reflek.
2. Seuzure.
3. Kerusakan saraf.
4. Hilangnya kemampuan kognitif.
5. Penyakit Alzheimer dan parkinzon.
G.
PemeriksaanDiagnostik.
1. CT Scan (Computer Tomography Scan) = Untuk mengidentifikasi adanya hemoragic,
ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati.
2. Foto tengkorak atau cranium = Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
3. MRI (MagneticResonan Imaging) = Untuk pengindraan yang mempergunakan gelombang
elektromagnetik.
4. Laboratorium.
Kimia darah : Mengetahui ketidakseimbangan
elektrolit.
5. Pemeriksaan Visual = Ketajaman, lapang pandang, membantu menentukan
diagnose banding.
6. Pungsi Lumbal :Untuk mengevaluasi atau mencatat peningkatan tekanan CSS, adanya sel – sela abnormal,
adanya darah atau infeksi.
H. PenatalaksanaanMedik
Penatalaksanaan awal penderita cedera
kepala bertujuan untuk memantau sedini mungkin. Untuk penatalaksanaan penderita cedera kepala,
Advanced cedera Life Support telah menempatkan standar yang sesuai dengan tingkat keparahan
cedera. Penatalaksanaan penderita cedera kepala meliputi Survei primer yang di
prioritaskan adalah : A (airway), B (Breathing), C (Circulation), D
(Disability), dan E (Exposure/ environmental Control) kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi. Pada penderita cedera kepala berat Survei primer sangatlah penting untuk
mencegah cedera otak sekunder dan menjaga homeostasis otak. Secara umum penatalaksanaan
therapeutic pasien cedera kepala berat adalah dengan :
1. Observasi 24 jam.
2. Jika pasien masih muntah sementara di puasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intervena bila ada indikasi.
4. Tirah baring.
5. Pemberian obat – obatan analgetik.
6. Pembedahan bila ada indikasi.
I. Pengkajian Keperawatan.
1. Aktivitasatauistirahat.
Gejala : Merasa lemah, letih, lesu, hilang
keseimbangan, perubahan kesadaran, keterbatasan keadaan.
2. Sirkulasi.
Gejala : Perubahan tekanan darah atau
normal perubahan frekuensi jantung, riwayat hipertensi.
Tanda : Hipertensi, pucat, wajah tampak kemerahan.
3. Neurosensori.
Gejala : Pening, disorientasi, kehilangan
kesadaran, riwayat kejang, trauma infeksi Intracranial, perubahan penglihatan.
Tanda : Preubahan dalam pola bicara dan
proses pikir, kehilangan sensasi sebagian tubuh, penurunan reflek tendon.
4. Nyeri/ Kenyamanan.
Gejala :
Sakitkepaladenganintensitasdanlokasi yang berbeda.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik
pada rangsangan, nyeri yang hebat, gelisah, pucat, otot – otot daerah leher menegang.
5. Keamanan.
Gejala : Riwayat alergi, trauma baru akibat
kecelakaan.
Tanda : Demam (sakit kepala meningeal),
gangguan cara berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan kognitif.
J. DiagnosaKeperawatan.
1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas
berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi dan meningkatnya tekanan intra cranial.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan
peningkatan tekanan intracranial.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya kesadaran.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi penyakit akibat cedera kepala.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi.
No comments:
Post a Comment