I.
PENGERTIAN
ANATOMI FISIOLOGI
Tumor (berasal dari
bahasa latin yang berarti “bengkak”) Merupakan salah satu dari lima karakteristik
inflamasi.Pertumbuhannya
digolongkan menjadi 2 yaitu: malignant dan benignant
(www.wikipedia Indoesia.com)
Kanker adalah penyakit atau kelaian pada tubuh sebagai
akibat dari sel-sel tubuh yang
tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas kewajaran dan sangat liar.
(dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal 1)
Kanker adalah sel
yang telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme
normalnya,
sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak
teratur.
(www.medicastore.com,
2004)
·
PARU
Paru – paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang
berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan useralis.
Kedua paru – paru sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga thorak,
sifatnya ringan terapung di dalam air.
Masing – masing paru – paru mempunyai apeks yang tumpul dan
menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm diatas klavikula, fasies
kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding dada pada fasies mediastinal
yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat
hilus pulmonalis suatu lekukan dimana bronkus pembuluh darah dan saraf masuk paru
– paru membentuk radik pulmonalis
·
APEK PULMO
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang lebar melewati
apertura torasis superior 2,5 – 4 cm diatas ujung sternal iga pertama.
·
BASIS PULMO
Bagian yang berada diatas permukaan cembung diafragma,
karena kubah difragma lebih menonjol ke atas pada bagian kanan dari paru kiri
maka basis paru kanan lebih kontak dari paru kiri.
·
Insisura atau fisura
Dengan adanya fisura tekik yang dalam pada permukaan,
paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus
diperukan dala penentuan diagnosa
·
Paru-paru Kiri
Pada paru-paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura
obliqua. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu:
a.
Lobus Superior, bagian yang
terletak di atas dan di depan insisura.
b.
Lobus Inferior, bagian paru-paru
yang terletak di belakang dan di bawah insisura.
·
Paru-paru kanan
Pada paru-paru kanan terdapat dua insisura, yaitu insisura
obliqua dan insisura interlobalis sekunder.
a.
Insisura Obliqua (Interlobalis
primer), mulai di daerah terus ke atas dan ke belakang sampai hilus setinggi
vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah iga ke-6 sampai
linea aksilaris media ke ruangan intercostal ke-6, memotong margo inferior
setinggi artikularis media iga ke-6 kembali ke hilus.
b.
Insisura Interlobalis Sekunder,
mulai dari insisura obliqua pada aksilaris media berjalan horizontal memotong
margo anterior pada artikulatio kosto kondralis ke-4 terus ke hilus. Insisura
obiqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior.
Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.
·
Radiks Pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dan
dikelilingi oleh garis pleura, susunan alat utma bronkus, arteri pulmonalis dan
vena pulmonalis segmen pulmonar.
Dari bronkus lobalis bercabang menjadi bronkus segmentarum.
Segmen bronkopulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus
segmentarum, mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus
segmentarum yang berdekatan dan darah vena durus oleh vena-vena yang terletak
intersegmental.
·
Segmen paru-paru kanan
1.
Lobus Superior
a.
segmen apikal
b.
segmen superior
c.
segmen anterior
2.
Lobus Medius
a.
segmen lateral
b.
segmen medial
3.
Lobus Inferior
a.
segmen superior
b.
segmen media basal
c.
segmen antero basal
d.
segmen latero basal
e.
segmen postero basal
·
Segmen paru-paru kiri
1.
Lobus Superior
a. segmen apikoposterior
b.
segmen anterior
c. segmen superior
d. segmen inferior
2.
Lobus Inferior
a.
segmen superior
b.
segmen anteriomediobasal
c.
segmen lateral basal
d. segmen latero basal
II.
ETIOLOGI
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui dengan pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik
dan lingkungan, yang meningkatkan resiko terjadinya kanker.
·
Faktor Lingkungan
-
merokok
-
pekerja tambang pada pemaparan
uranium, nikel
-
iradiasi akibat dari bahan
radioaktif dan bahan-bahan kimia
-
polusi udara akibat asap pabrik
industri
·
Faktor Keturunan
-
faktor genetik menyebabkan resiko
lebih tinggi untuk menderita kanker, dikarenakan mutasi genetik yang khas yang
sering ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan keluarga.
·
Makanan
-
zat pewarna dan pengawet pada
makanan dan minuman
-
HCA (Heterocyclic Amines) yang
terdapat pada daging yang digoreng/dibakar dalam waktu yang lama yang menyebabkan
radikal bebas/oksidan sehingga dapat menyebabkan kerusakan gen DNA
-
Produk-produk asam lemak trans
(Trans Faaty Acids : TFA)
Ex: margarin, produk yang diproses secara hidrogenasi
-
Telor gosong/kering
-
Logam berat seperti merkuri pada
makanan laut yang tercemar
Ex: ikan, kerang, dll
(dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal.3)
III.
PATOFISIOLOGI
|
||||||||||
![]() |
||||||||||
|
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
|
(Dr. H. Prijono Tirtoprojdo, Patologi
Anatomi,2005)
IV.
TANDA DAN GEJALA
1.
Nyeri Dada (40%)
- Dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf
dan pembuluh darah disekitarnya.
- Nyeri juga merupakan reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker
yang sedang tumbuh.
- Nyeri juga dapat disebabkan karena ketakutan dan
kecemasan.
2.Terdapat Efusi
Pleura
- Tandanya adalah suara redup pada
perkusi dada dan hilangnya suara vesikuler saat auskultasi dada. Tanda inilah
yang paling sering ditemukan.
3.
Penurunan Berat Badan
-
Akibat kurangnya lemak dan protein yang disebut kaheksia.
4.
Anemia
- Terjadi anemia karena berbagai sebab,
sebagian besar mereka yang mengalami kanker metastatik.
- Anemia secara dini terjadi pada mereka
yang menderita kanker sel-sel pembentuk darah atau kenker yang menyebabkan
perdarahan menahun.
5.
Pelebaran Vena-Vena Dada
(Venektasi)
-
Warnanya kebiruan di dada
- Venektasi terjadi karena kanker yang
ada menekan vena cava sehingga terjadi bendungan darah.
- Venektasi hampir terjadi pada 100% kasus kenker paru.
6.
Dyspnea (15%)
7.
Hemoptisis (batuk darah) (50%)
- Sputum bersemu darah karena sputum
melalui permukaan tumor mengalami ulserasi.
8.
Sindrom Para Neoplasma
- Koma hipoglikemia tanpa riwayat DM
dengan gambaran rontgent cain lession di paru bisa dicurigai sebagai
manifestasi kanker paru. Apalagi koma ini mengilang bila pasien diberi terapi
glukosa.
9.
Takipneu (frekuensi napas meningkat)
10. Batuk kering tanpa dahak
-
Kemungkinan akibt iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor.
-
Batuk mulai sebagai batuk kering
tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
( Kapita Selekta, 2001, hal. 3 )
V.
KOMPLIKASI
1.
Pneumothoraks
-
Terjadi akibat dilakukan pemeriksaan biopsi dengan jarum besar.
2.
Perikardial Efusi
-
terjadi bila kanker telah metastase ke perikardium.
3.
Bone Metastases
-
dapat menimbulkan rasa nyeri yang akan menurunkan nafsu makan.
4.
Cerebral Metastase
-
menyebabkan penurunan kesadaran sehingga terjadi penurunan intake makanan.
5.
Stomatitis
-
akibat dari pemberian obat anti kanker.
-
contoh : mytamiun, vinblastine, bleomycin, fluororasil,dll.
6.
Kelainan pada tulang, sering
berupa osteolitik
-
diperkirakan terdapat pada 10 -20 % kasus.
-
kadang-kadang dijumpai destruksi satu atau lebih dari tulang iga, terutama pada
tulang iga pertama sampai ke tiga.
7.
Immunosupresi
-
pada penderita kanker paru mempunyai risiko
tinggi mendapat infeksi,
sehingga
mengganggu sistem imunitas tubuh yang
memungkinkan masuknya kuman gram
negatif
atau jarum.
( Hood Alsagaff, 1995, hal. 127)
( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Radiologi
a.
Rontgen dada PA (posterior - anterior) dan
lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal
sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk,
ukuran, dan lokasi lesi. Pada foto rontgen nampak nodul tunggal opak (solitair
nodule). Nodul soliter ini merupakan petunjuk dini adanya Ca-Bronkogenik.
b.
Bronkografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.
Laboratorium
a.
Sitologi.
- Dahak tampung
pagi = positif jika ditemukan sel ganas. Bila + kemungkinan
besar adalah kanker paru
jenis NSCLC.
- Cairan pleura = digunakan untuk menemukan
sel ganas di cairan pleura.
b.
Pemeriksaan Fungsi Paru dan GDA
Dapat dilakukan
untuk mengkaji kapasitas guna memenuhi kebutuhan ventilasi.
c.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan
untuk mengevaluasi keompetensi imun (umum pada Ca-Paru).
3.
Histopatologi
a.
Bronkoskopi = biopsi transbronkial
-
Memungkinkan visualisasi,
pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
-
Merupakan alat diagnosis yang
akurat, tetapi mahal dan memerlukan tenaga terampil.
-
Melalui biopsi transbronkial akan
didapatkan jaringan paru sehingga dapat digunakan untuk melihat gambaran PA /
histologis jaringan paru.
b.
Biopsi Trans Torakal (TTB)
-
Biopsi dengan TTB terutama untuk
lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai
90 – 95 %
-
Bisa dilakukan dengan AJH atau
biopsi jarum besar. Bila dengan AJH didapatkan pemeriksaan sitologi, sekaligus
mendapatkan gambaran histologisnya.
-
Kelemahan : dapat menyebabkan
perdarahan dan pneumothorax
c.
Torakoskopi
-
Biopsi tumor di daerah pleura
memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d.
Mediastinosopi
- Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
e.
Torakotomi
- untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila
bermacam-macam prosedur non
invasif dan
invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4.
Pencitraan
a.
CT – Scan
-
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b.
MRI
-
untuk menunjukkan keadaan mediastinum
( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )
( www. ILMU KEPERAWATAN”Care With Love”KANKER
PARU )
VII. PENATALAKSANAAN MEDIK
·
Tujuan pengobatan kanker dapat
berupa
a.
Kuratif
- memperpanjang
masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.
Paliatif
- mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.
Rawat rumah (hospice care) pada
kasus terminal
- mengurangi dampak fisis maupun fisiologi
d.
Supotif
-
menunjang pengobatan kuratif,
paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
·
Pembedahan
-
Pembedahan merupakan terapi
terpilih pada pasien NSCLC dengan kondisi fisiologik dan anatomik yang sessuai
kriteria tanpa adanya bukti metastasis ekstratorakal. Pembedahan ini dilakukan
pada stadium I – II.
·
Kemoterapi (obat-obat anti kanker)
- obat anti kanker
dikelompokkan dalam beberapa kategori:
1. Alkylating
agents
2. Antimetabolit
3. Alkaloid tanaman
4. Antibiotik anti
tumor
5. Enzim
6. Hormon
7. Pengubah respon
biologis
·
Radioterapi : eksternal / internal
-
Radioterapi dilakukan untuk
profilaksis metafase, penanganan paliatif terhadap nyeri, hemoptisis berulang,
efusi atau obstruksi saluran napas atau vena kava superior.
·
Terapi Biologi menggunakan
-
Anti VCGF (anti vaskuler
endothelial growth factor)
-
Blok reseptor tirokinase
-
Blok epidermal growth factor
reseptor.
·
Terapi Gen: dilakukan untuk
memperbaiki gennya.
-
Manipulasi telomere
-
Manipulasi DNA
-
Manipulasi RNA
·
Kombinasi (multi modality)
- bedah, kemoreseptor,
terapi biologi, radioterapi
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,
dispnea karena
aktivitras.
Tanda : kelesuan (biasanya
tahap lanjut)
2.
Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi
vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi)
Takikardia / disritmia, jari tabuh
3.
Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut,
takut hasil pembedahan.
Mendadak kondisi yang berat / potensi
keganasan
Tanda : kegelisahan,
insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4.
Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang
timbul (karsinoma sel kecil)
Peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
5.
Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat
badan, nafsu makan buruk
Penurunan masukan makanan
Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan
cairan.
Tanda : kurus, atau
penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah / leher, dada punggung (obstruksi
vena kava),
Edema wajah / periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma kecil)
6.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak
biasanya ada pada tahap diri dan tidak selalu pda tahap
lanjut)
dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu / tangan (khususnya pada sel besar
atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul
7.
Pernapasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola
batuk dari biasanya dan atau produksi sputum
Napas pendek, pekerja yang terpajan polutan,
debu industri, serak, paralysis pita
suara, riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat
dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi)
Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara)
Krekels / mengi menatap, persimpangan trakea (area yang mengalami lesi)
Hemoptisis
8.
Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau
karsinoma)
Kemerahan. Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
9.
Seksualitas
Tanda : Ginekomastia
(perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea /
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10. Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru),
tuberkulosis kegagalan
untuk membaik
IX.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru, hipoventilasi, penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah
2.
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan hyperplasia dinding bronkial
3.
Nyeri akut / kronis berhubungan
dengan proses penyakitnya
4.
Risiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penekanan proses peradangan
5.
Hipertermi berhubungan dengan
penyakit yang diderita
6.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan depresi
7.
Cemas berhubungan dengan status
kesehatan
8.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff,
Hood, Kanker Paru dan Terapi Paliatif, Airlangga universoty Press,
Surabaya, 1995.
Arif, mansjoer; dkk, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2001.
Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3,
EGC, Jakarta, 2000.
http:
/ id. Wikipedia. org / wiki / Kanker Paru – Paru kategori: Kanker, 2004.
Junaidi,
Iskandar, Kanker, BIP, Jakarta, 2007.
Mubu, Halim. A, Panduan Praktis Ilmu
Penyakit Dalam Diagnosa dan Terapi, EGC, Jakarta, 2007.
Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda 2005-2006, Definisi dan Klasifikasi, Prima Medika,
Jakarta, 2005.
Tartoprodjo,
Prijono Dr. H., Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta,
2005.
No comments:
Post a Comment