Wikipedia

Search results

Translate

28 January 2016

Laporan Pendahuluan CA Paru - Paru


 I.       PENGERTIAN


ANATOMI FISIOLOGI
 Tumor (berasal dari bahasa latin yang berarti “bengkak”) Merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi.Pertumbuhannya digolongkan menjadi 2 yaitu: malignant dan benignant
(www.wikipedia Indoesia.com)


Kanker  adalah  penyakit atau kelaian pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang 
                         tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas kewajaran dan sangat liar.
(dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal 1)


Kanker adalah  sel yang  telah  kehilangan  pengendalian  dan  mekanisme  normalnya, 
                         sehingga  mengalami  pertumbuhan  yang  tidak  teratur.

·         PARU
Paru – paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan useralis. Kedua paru – paru sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga thorak, sifatnya ringan terapung di dalam air.
Masing – masing paru – paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm diatas klavikula, fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding dada pada fasies mediastinal yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan dimana bronkus pembuluh darah dan saraf masuk paru – paru membentuk radik pulmonalis

·         APEK PULMO
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang lebar melewati apertura torasis superior 2,5 – 4 cm diatas ujung sternal iga pertama.


·         BASIS PULMO
Bagian yang berada diatas permukaan cembung diafragma, karena kubah difragma lebih menonjol ke atas pada bagian kanan dari paru kiri maka basis paru kanan lebih kontak dari paru kiri.


·         Insisura atau fisura
Dengan adanya fisura tekik yang dalam pada permukaan, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus diperukan dala penentuan diagnosa

·         Paru-paru Kiri
Pada paru-paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obliqua. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu:
a.       Lobus Superior, bagian yang terletak di atas dan di depan insisura.
b.      Lobus Inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura.

·         Paru-paru kanan
Pada paru-paru kanan terdapat dua insisura, yaitu insisura obliqua dan insisura interlobalis sekunder.
a.       Insisura Obliqua (Interlobalis primer), mulai di daerah terus ke atas dan ke belakang sampai hilus setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah iga ke-6 sampai linea aksilaris media ke ruangan intercostal ke-6, memotong margo inferior setinggi artikularis media iga ke-6 kembali ke hilus.

b.      Insisura Interlobalis Sekunder, mulai dari insisura obliqua pada aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulatio kosto kondralis ke-4 terus ke hilus. Insisura obiqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.

·         Radiks Pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dan dikelilingi oleh garis pleura, susunan alat utma bronkus, arteri pulmonalis dan vena pulmonalis segmen pulmonar.
Dari bronkus lobalis bercabang menjadi bronkus segmentarum. Segmen bronkopulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentarum, mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentarum yang berdekatan dan darah vena durus oleh vena-vena yang terletak intersegmental.


·         Segmen paru-paru kanan
1.      Lobus Superior
a. segmen apikal
b. segmen superior
c. segmen anterior
2.      Lobus Medius
a. segmen lateral
b. segmen medial

3.      Lobus Inferior
a. segmen superior
b. segmen media basal
c. segmen antero basal
d. segmen latero basal
e. segmen postero basal

·         Segmen paru-paru kiri
1.      Lobus Superior
a. segmen apikoposterior
b. segmen anterior
c. segmen superior
d. segmen inferior

2.      Lobus Inferior
a.       segmen superior
b.      segmen anteriomediobasal
c.       segmen lateral basal
d.      segmen latero basal

II.    ETIOLOGI
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui dengan pasti karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan, yang meningkatkan resiko terjadinya kanker.
·         Faktor Lingkungan
-          merokok
-          pekerja tambang pada pemaparan uranium, nikel
-          iradiasi akibat dari bahan radioaktif dan bahan-bahan kimia
-          polusi udara akibat asap pabrik industri
·         Faktor Keturunan
-          faktor genetik menyebabkan resiko lebih tinggi untuk menderita kanker, dikarenakan mutasi genetik yang khas yang sering ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan keluarga.
·         Makanan
-          zat pewarna dan pengawet pada makanan dan minuman
-          HCA (Heterocyclic Amines) yang terdapat pada daging yang digoreng/dibakar dalam waktu yang lama yang menyebabkan radikal bebas/oksidan sehingga dapat menyebabkan kerusakan gen DNA
-          Produk-produk asam lemak trans (Trans Faaty Acids : TFA)
Ex: margarin, produk yang diproses secara hidrogenasi
-          Telor gosong/kering
-          Logam berat seperti merkuri pada makanan laut yang tercemar
Ex: ikan, kerang, dll
(dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal.3)

III. PATOFISIOLOGI













Faktor Resiko:
-    merokok
-    polusi udara
-    radiasi
-    makanan MSG
-    dll
 




Faktor Keturunan:
Mutasai gen
 










Sel Ganas Penuh
KANKER
 
 

















(Dr. H. Prijono Tirtoprojdo, Patologi Anatomi,2005)

IV. TANDA DAN GEJALA
1.            Nyeri Dada (40%)
- Dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah disekitarnya.
- Nyeri juga merupakan reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh.
- Nyeri juga dapat disebabkan karena ketakutan dan kecemasan.
2.Terdapat Efusi Pleura
- Tandanya adalah suara redup pada perkusi dada dan hilangnya suara vesikuler saat auskultasi dada. Tanda inilah yang paling sering ditemukan.
3.      Penurunan Berat Badan
- Akibat kurangnya lemak dan protein yang disebut kaheksia.
4.      Anemia
- Terjadi anemia karena berbagai sebab, sebagian besar mereka yang mengalami kanker metastatik.
- Anemia secara dini terjadi pada mereka yang menderita kanker sel-sel pembentuk darah atau kenker yang menyebabkan perdarahan menahun.
5.      Pelebaran Vena-Vena Dada (Venektasi)
- Warnanya kebiruan di dada
- Venektasi terjadi karena kanker yang ada menekan vena cava sehingga terjadi bendungan darah.
- Venektasi hampir terjadi pada 100% kasus kenker paru.
6.      Dyspnea (15%)
7.      Hemoptisis (batuk darah) (50%)
- Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor mengalami ulserasi.
8.      Sindrom Para Neoplasma
- Koma hipoglikemia tanpa riwayat DM dengan gambaran rontgent cain lession di paru bisa dicurigai sebagai manifestasi kanker paru. Apalagi koma ini mengilang bila pasien diberi terapi glukosa.
9.      Takipneu (frekuensi napas meningkat)
10.  Batuk kering tanpa dahak
-    Kemungkinan akibt iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
-    Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
( Kapita Selekta, 2001, hal. 3 )
V.    KOMPLIKASI
1.      Pneumothoraks
- Terjadi akibat dilakukan pemeriksaan biopsi dengan jarum besar.
2.      Perikardial Efusi
- terjadi bila kanker telah metastase ke perikardium.
3.      Bone Metastases
- dapat menimbulkan rasa nyeri yang akan menurunkan nafsu makan.
4.      Cerebral Metastase
- menyebabkan penurunan kesadaran sehingga terjadi penurunan intake makanan.
5.      Stomatitis
- akibat dari pemberian obat anti kanker.
- contoh : mytamiun, vinblastine, bleomycin, fluororasil,dll.
6.      Kelainan pada tulang, sering berupa osteolitik
- diperkirakan terdapat pada 10 -20 % kasus.
- kadang-kadang dijumpai destruksi satu atau lebih dari tulang iga, terutama pada  
   tulang iga pertama sampai ke tiga.
7.      Immunosupresi
- pada penderita kanker paru mempunyai risiko  tinggi  mendapat infeksi, sehingga 
   mengganggu sistem imunitas tubuh yang memungkinkan masuknya kuman gram 
   negatif  atau  jarum.

( Hood Alsagaff, 1995, hal. 127)
( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Radiologi
a.  Rontgen dada PA (posterior - anterior) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran, dan lokasi lesi. Pada foto rontgen nampak nodul tunggal opak (solitair nodule). Nodul soliter ini merupakan petunjuk dini adanya Ca-Bronkogenik.
b. Bronkografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.      Laboratorium
a. Sitologi.
    - Dahak tampung pagi = positif jika ditemukan sel ganas. Bila + kemungkinan 
                                            besar adalah kanker paru jenis NSCLC.
    - Cairan pleura = digunakan untuk menemukan sel ganas di cairan pleura.
b. Pemeriksaan Fungsi Paru dan GDA
    Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas guna memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
    Dapat dilakukan untuk mengevaluasi keompetensi imun (umum pada Ca-Paru).

3.      Histopatologi
a.       Bronkoskopi = biopsi transbronkial
-    Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
-    Merupakan alat diagnosis yang akurat, tetapi mahal dan memerlukan tenaga terampil.
-    Melalui biopsi transbronkial akan didapatkan jaringan paru sehingga dapat digunakan untuk melihat gambaran PA / histologis jaringan paru.
b.      Biopsi Trans Torakal (TTB)
-    Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran           < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %
-    Bisa dilakukan dengan AJH atau biopsi jarum besar. Bila dengan AJH didapatkan pemeriksaan sitologi, sekaligus mendapatkan gambaran histologisnya.
-    Kelemahan : dapat menyebabkan perdarahan dan pneumothorax
c.       Torakoskopi
-    Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d.      Mediastinosopi
- Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e.       Torakotomi
- untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non  
   invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4.      Pencitraan
a.       CT – Scan
- Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b.      MRI
- untuk menunjukkan keadaan mediastinum

( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )
( www. ILMU KEPERAWATAN”Care With Love”KANKER PARU )

VII.    PENATALAKSANAAN MEDIK
·         Tujuan pengobatan kanker dapat berupa
a.       Kuratif
- memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.      Paliatif
- mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.       Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal
- mengurangi dampak fisis maupun fisiologi
d.      Supotif
-    menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

·         Pembedahan
-          Pembedahan merupakan terapi terpilih pada pasien NSCLC dengan kondisi fisiologik dan anatomik yang sessuai kriteria tanpa adanya bukti metastasis ekstratorakal. Pembedahan ini dilakukan pada stadium I – II.

·         Kemoterapi (obat-obat anti kanker)
   - obat anti kanker dikelompokkan dalam beberapa kategori:
               1. Alkylating agents
               2. Antimetabolit
               3. Alkaloid tanaman
               4. Antibiotik anti tumor
               5. Enzim
               6. Hormon
               7. Pengubah respon biologis




·         Radioterapi : eksternal / internal
-    Radioterapi dilakukan untuk profilaksis metafase, penanganan paliatif terhadap nyeri, hemoptisis berulang, efusi atau obstruksi saluran napas atau vena kava superior.

·         Terapi Biologi menggunakan
-    Anti VCGF (anti vaskuler endothelial growth factor)
-    Blok reseptor tirokinase
-    Blok epidermal growth factor reseptor.
·         Terapi Gen: dilakukan untuk memperbaiki gennya.
-          Manipulasi telomere
-          Manipulasi DNA
-          Manipulasi RNA

·         Kombinasi (multi modality)
      - bedah, kemoreseptor, terapi biologi, radioterapi

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001)




VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Aktivitas / Istirahat
Gejala        : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, 
                   dispnea karena aktivitras.
Tanda        : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2.      Sirkulasi
Gejala        : JVD (obstruksi vena kava)
                    Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
                    Takikardia / disritmia, jari tabuh
3.      Integritas Ego
Gejala        : Perasaan takut, takut hasil pembedahan.
                    Mendadak kondisi yang berat / potensi keganasan
Tanda        : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4.      Eliminasi
Gejala        : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil)
                    Peningkatan frekuensi / jumlah urine
                    (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5.      Makanan / Cairan
Gejala        : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk
                    Penurunan masukan makanan
                    Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda        : kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
                    Edema wajah / leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
                    Edema wajah / periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma kecil)
6.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala        : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap diri dan tidak selalu pda tahap 
                    lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
                    Nyeri bahu / tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
                    Nyeri abdomen hilang timbul
7.      Pernapasan
Gejala     : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum
                   Napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri, serak, paralysis pita 
                   suara, riwayat merokok
Tanda     : Dispnea, meningkat dengan kerja
                 Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
                 Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara)
                 Krekels / mengi menatap, persimpangan trakea  (area yang mengalami lesi)
                 Hemoptisis
8.      Keamanan
Tanda     : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
                  Kemerahan. Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)   
9.      Seksualitas
Tanda     : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
                 Amenorea / impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10.  Penyuluhan
Gejala        : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberkulosis kegagalan  
                    untuk membaik                       

IX.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru, hipoventilasi, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah
2.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding bronkial
3.      Nyeri akut / kronis berhubungan dengan proses penyakitnya
4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penekanan proses peradangan
5.      Hipertermi berhubungan dengan penyakit yang diderita
6.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi
7.      Cemas berhubungan dengan status kesehatan
8.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood, Kanker Paru dan Terapi Paliatif, Airlangga universoty Press, Surabaya, 1995.
Arif, mansjoer; dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.
http: / id. Wikipedia. org / wiki / Kanker Paru – Paru kategori: Kanker, 2004.
Junaidi, Iskandar, Kanker, BIP, Jakarta, 2007.
Mubu, Halim. A, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosa dan Terapi, EGC,              Jakarta, 2007.
Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006,                       Definisi    dan    Klasifikasi,   Prima  Medika,  Jakarta,  2005.
Tartoprodjo, Prijono Dr. H., Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 2005.

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...