LANDASAN
TEORI
APPENDIKSITIS
A.
MEDIS
1. Pengertian
Appendiksitis
adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan kasus
gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Apendisitis
adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Apendisitis
merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)
2. Anatomi Fisiologi
System
pencernaan makanaan adalah saluran cerna yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan dan pencampuran)dengan enzim dan zat cair yang terbentang
mulai dari mulut sampai dengan anus.
Saluran
pencernaan, terdiri dari:
a. Mulut
b. Faring
c. Esophagus
d. Ventrikulus
(Lambung)
e. Intestinum
Minor (usus halus)
1) Duodenum
(usus 12 jari)
2) Yeyenum
3) Ileum
f. Intestinum
mayor (usus besar)
1) Seikum
2) Kolon
assenden
3) Kolon
transfersum
4) Kolon
desenden
5) Kolon
sigmoid
g. Rectum
h. Anus
Alat-
alat penghasil getah bening:
a. Kelenjar
ludah
1) Kelenjar
parotis
2) Kelenjar
submaksilaris
3) Kelenjar
sublingualis
b. Kelenjar
gtah lambung (HCL)
c. Kelenjar
hati
d. Kelenjar
pancreas (insulin)
e. Kelenjar
getah usus.


Anatomi
dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang
tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
a.
Letak apendiks.
Appendiks
terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara
di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu:
taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada
daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan
dengan pusat.
b.
Ukuran dan isi apendiks.
Panjang
apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat
basa mengandung amilase dan musin.
c.
Posisi apendiks.
Laterosekal:
di lateral kolon asendens. Di
daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis
minor.
3. Etiologi
Appendiksitis
merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan
akibat :
a. Hiperplasia
dari folikel limfoid
b. Adanya
fekalit dalam lumen appendiks
c. Tumor
appendiks
d. Adanya
benda asing seperti cacing askariasis
e. Erosi
mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut
penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan
mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut
akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional
appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
Terjadinya
apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak
sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer
primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen
apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
4. Pathofisiologi





















Infiltrate
Appendiksitis Appendiksitis Perforasi
Keterangan
:
Appendiksitis
biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi
mukosa. Pada saat itu terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai dengan
nyeri epigastrium.
Bila
sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut appendiksitis supuratif
akut.
Apabila
aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut appendiksitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks
rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila
proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada
anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengandaya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi
karena ada gangguan pembuluh darah.
5. Tanda dan Gejala
Nyeri
terasa pada abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan
dijumpai.
Derajat
nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar
di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila
ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat
dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot
rektum kanan dapat terjadi.
Tand Rovsing
dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi
akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
Pada
bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini
nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam
bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
(Anonim, Apendisitis, 2007)
6. Komplikasi
Komplikasi
utama appendiksitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah
awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih
tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk
menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
a.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika
sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling
terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi
juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti
ada tumor di titik Mc. Burney.
b.
Test rektal.
Pada
pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
c.
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit
meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi
lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap
darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting
untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
d.
Pemeriksaan radiologi
Pada
foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali
bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara
bebas dalam diafragma.
8. Pemeriksaan Medik
Pada
appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi
fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang
persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan
pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan dipuasakan
b. Tindakan
operatif ; appendiktomi
c. Tindakan
post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri
tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
B.
KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Identitas
penanggung Riwayat kesehatan sekarang.
c. Keluhan
utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya
berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan
umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat. Berat badan Sebagai indicator untuk
menentukan pemberian obat.
d. Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
e. Aktivitas/istirahat
: Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising
usus.
f. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri
pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
g. Keamanan
Demam, biasanya rendah.
h. Data
psikologis Klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada
perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.
2. Diagnose Keperawatan
a. Pre
operasi
1) Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah pre operasi.
2) Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
3) Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Post
operasi
1) Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi.
2) Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang baehubungan denga anorexia, mual.
3) Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
4) Kurang
pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
No comments:
Post a Comment