Wikipedia

Search results

Translate

30 January 2016

Laporan Pendahuluan Asfiksia



ASFIKSIA

A.  PENGERTIAN
Afiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Afiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

B.  JENIS ASFIKSIA
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
  1. Asfiksia livida (biru)
  2. Asfiksia pallida (putih)
C.  KLASIFIKASI ASFIKSIA
  1. Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
  2. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
  3. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
  4. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
  5. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
D.  ETIOLOGI
1.    Penyebab asfiksia Stright (2004)
a.    Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
b.    Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
c.    Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
d.   Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
e.    Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.

E.  MANIFESTASI KLINIK
1.    Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a.    jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b.    Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c.    Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2.    Pada bayi setelah lahir
a.    Bayi pucat dan kebiru-biruan
b.    Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c.    Hipoksia
d.   Asidosis metabolik atau respiratori
e.    Perubahan fungsi jantung
f.     Kegagalan sistem multiorgan
g.    Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologic kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

F.   PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

G. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala Asfiksia neonatorum yang khas meliputi:
a.        Pernafasan terganggu.
b.       Detik jantung berkurang.
c.        Reflek / respon bayi melemah.
d.       Tonus otot menurun.
e.        Warna kulit biru atau pucat.

H.  KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1.    Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2.    Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3.    Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4.    Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

I.     PENATALAKSANAAN
1.    Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering.
2.    Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan :
a.    Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.
b.    Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee.
3.    Rangsangan taktil
Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :
Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.
4.    Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya pernafasan.


ASUHAN KEPERWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

A.  PENGKAJIAN
1.    Sirkulasi
a.    Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b.    Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c.    Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d.   Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2.    Eliminasi
a.    Dapat berkemih saat lahir.
b.    Makanan/cairan
c.    Berat badan : 2500-4000 gram
d.   Panjang badan : 44-45 cm
e.    Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

3.    Neurosensori
a.    Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b.    Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c.    Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

4.    Pernafasan
a.    Skor APGAR : 1 menit-5 menit skor optimal harus antara 7-10.
b.    Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c.    Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
5.    Keamanan
Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (missal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

B.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
2.    Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
3.    Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

C.  PRIORITAS KEPERAWATAN
1.    Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
2.    Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.
3.    Mencegah cidera atau komplikasi.
4.    Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

D.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2.    Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3.    Resiko terjadinya hipotermia b.d penyesuaian suhu tubuh dengan lingkungan
4.    Resiko terjadinya infeksi b.d luka terbuka
5.    Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta :
Media Aesculapius.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
terdapat pada http: www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm
(1 Juni 2008)

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

LANDASAN TEORI A.     MEDIS 1.       Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan lu...