DIABETES MELITUS
A. Definisi
DM adalah sekelompok kelainan yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan/atau
penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini
mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar non-ketosis. Hiperglikemia jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati, DM juga berkaitan dengan suatu peningkatan kejadian
penyakit kardiovaskular termasuk infark miokard, stroke dan penyakit vaskular
perifer.
B. Jenis-jenis Diabetes
Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)
Lima
persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)
Sembilan puluh persen sampai 95%
penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30
tahun dan pada mereka yang obesitas.
C. Tanda dan Gejala
Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat
ke dokter dan kemudian didiagnosa sebagai DM ialah keluhan:
- Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul
- Kelainan
ginekologis : keputihan
- Kesemutan,
rasa baal
- Kelemahan
tubuh
- Luka atau
bisul yang tidak sembuh-sembuh
- Infeksi
saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital atau pun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya
timbul akibat jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka
yang lama tidak sembuh. Pada wanita,
keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke
dokter ahli kebidanan. Jamur terutama candida merupakan penyebab
tersering dari keluhan pasien.
Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping
keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki mungkin keluhan
impotensi yang menyebabkan pasien datang ke dokter. Keluhan lain yaitu mata
kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat
perubahan-perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin pula keluhan
tersebut disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokular akibat
kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab
pasien berobat ke dokter mata.
Diabetes mungkin pula ditemukan pada pasien yang berobat untuk infeksi
saluran kemih dan untuk tuberculosis paru. Jika pada mereka kemudian ditanyakan
dengan teliti mengenai gejala dan tanda DM, pada umumnya juga akan ditemukan
gejala khas DM, yaitu poliuria akibat diuresis osmotic, polidipsia,
polifagia dan berat badan menurun.
D. Evaluasi Diagnostik
- Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal, kadar glukosa darah puasa diatas 140 mg/dl atau kadar glukosa plasma acak diatas 200 mg/dl pada lebih dari 1 kali pemeriksaan.
- Uji Toleransi Glukosa Oral (OGTT)
E. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk mencoba menormalisasi aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah untuk menurunkan perkembangan komplikasi
neuropati dan vaskular. Tujuan terapeutik pada masing-masing tipe diabetes
adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (euglikemia) tanpa mengalami
hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dengan serius.
Terdapat 5 komponen penatalaksanaan untuk diabetes: diit, olah raga (latihan),
pemantauan, obat-obatan (sesuai kebutuhan) dan penyuluhan.
- Pengobatan primer dari DM tipe I adalah insulin.
- Pengobatan utama dari DM tipe II adalah penurunan BB.
- Olah raga penting dalam meningkatkan keefektifan insulin.
- Gunakan agen hipoglikemia oral jika diit dan olah raga tidak berhasil mengontrol kadar glukosa darah.
- Karena pengobatan akan bervariasi sepanjang perjalan penyakit akibat perubahan gaya hidup, status fisik dan emosional, juga kemajuan terapi, secara konstan dikaji dan modifikasi rencana pengobatan. Juga, penting untuk memberikan penyuluhan baik bagi pasien maupun keluarga.
Perbedaan ulkus dan gangren:
- Ulkus disebabkan karena neuropati perifer (trauma tidak merasa), diberi antibiotik bisa sembuh.
- Gangren: Karena makrongiopati, perlu nekrotomi/amputasi, tandanya warna kehitaman, jari-jari nekrotik+, akral dingin, denyut nadi.
Penatalaksanaan
Diit
- Kelompokkan semua unsur makanan yang penting (mis. Vitamin, mineral).
- Pencapaian dan pemeliharaan BB ideal: pemenuhan kebutuhan energi
- Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas, pertahankan sedekat dan seaman mungkin pada kadar gula darah normal.
- Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan.
- Pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula darahnya harus mempertahankan konsistensi dalam jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan pada waktu makanan yang berbeda.
- Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) pemenuhan BB merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan faktor pencegahan utama untuk perkembangan diabetes.
F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut
dan kronik
Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah.- Hipoglikeia.
- Ketoasidosis diabetic (DKA)
- sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNK).
- Komplikasi kronikUmumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
- Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
- Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
- Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
Masalah- Masalah Kolaboratif- Kelebihan cairan, edema pulmonal, gagal jantung kongestif.
- Hipoglikemia
- Hiperglikemia dan ketoasidosis
- Hipokalemia
- Edema selebral
- DIAGNOSIS KEPERAWATANPADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN GANGGRENAdapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
- Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaikRencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.- Gangguan integritas jaringan
berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : - Berkurangnya oedema sekitar luka.
- Pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi.
- Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.- Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .c. Pergerakan penderita bertambah luas.d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).Rencana tindakan :a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.- Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
- Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
- Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
- Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
- Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
DAFTAR PUSTAKABarbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, JakartaDoenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, JakartaKuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,NewyorkNANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USAUniversity IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA - Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
No comments:
Post a Comment