ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
A.
Pengertian
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
tanda – tanda dan gejala demam serta perdarahan (Depkes RI, 2000).
Dengue Hemorhagic Fever adalah merupakan manifestasi klinis
yang berat dari penyakit arbovis. Arbrovis adalah singkatan dari
arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk,
sengkerit atau lalat (Soedarmo, 2005.hal. 4).
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyepti (betina) (Effendy, Christiantie: 1995)
B. Anatomi
Fisiologi (Syaiffudin, 1997: Hal. 4)
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a.
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh
dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b.
Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³.
c.
Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 –
300.000/mm³ darah.
2. Struktur Sel
a.
Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya
7,5-10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein
lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang
datang
b.
Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam
mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis (karbohidrat,
lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).
C. Etiologi
Sebagai penyebab dari penyakit DHf adalah virus Dengue
sejenis arbovirus (Suridadi dan Yuliani, 2001). Virus Dengue adalah anggota
genus flavivirus dan anggota famili flaviviridae. Virus berukuran kecil ( 50
mm) ini memiliki single standard RNA (Ribonucleic Acid) yaitu asam nukleat yang
ditemukan dalam nucleus, sitoplasma dan ribosom. Virus Dengue membentuk suatu
kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik
antigenik dan biologinya (Depkes RI, 2000).
D.
Patofisiologi

Kompleks
antigen-antibodi disemua komplemen
![]() |




Hipovolumi
(http//www.google.DBD:2007.com)
E.
Tanda dan Gejala
Menurut Soegeng Soegiyanto, 2004, hal. 27:
1.
Gejala Klinik
a.
Demam tinggi mendadak berlangsung 2 – 7 hari
b.
Manifestasi perdarahan
c.
Uji tourniquet positif
d.
Perdarahan spontan berbentuk berbentuk ptekie, purpura
ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematomesis dan melena.
e.
Hepatomegali
f.
Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(<20 mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin dan gelisah.
2.
Laboratorium
a.
Trombositopeni
b.
Hemokonsentrasi
Ht tinggi dengan kenaikan sampai 20%
Normal pria : 40-54%
Normal wanita : 35-47%
3.
Pembagian derajat DBD menurut WHO, 1999:
a.
Derajat I :Demam dan uji tourniquet positif
b.
Derajat II :Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya
dikulit atau perdarahan lainnya.
c.
Derajat III :Demam, perdarahan spontan, disertai atau
tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala – gejala kegagalan sirkulasi
meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20 mmHg) atau hipotensi
disertai ekstremitas dingin dan anak gelisah.
d.
Derajat IV : Demam , perdarahan spontan, disertai atau
tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak
teraba dan tekanan darah tak terukur).
F.
Komplikasi
Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:
- Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok maupun tanpa shok
- Kejang
Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi.
Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal
ditemukan normal.
- Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian cairan.
- Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring yang lama.
- Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena terkontaminasi.
G.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soegijanto
(2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
1. Laboratorium
a.
Darah lengkap
b. Hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat 20% atau lebih)
c. Trombositopeni
(Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
d. Perpanjangan
masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
e. Asidosis
f. Hiponatremia
g. Hipokalemia
2.
Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan
dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan
diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau
lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil
positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja
negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil
positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
3.
Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura,
efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen plasma.
H.
Penatalaksanaan Medik
Menurut Depkes RI, 2000, hal 26, penatalaksanaan medik dari
DBD adalah sebagai berikut :
1. Kasus
DBD ringan sampai sedang (derajat I dan II), pemberian terapi cairan intravena
bagi pasien dilakukan selama jangka waktu 2 – 24 jam.
2. Pasien
yang menunjukkan kenaikan kadar hematokrit, jumlah trombosit kurang dari 50.000
ribu/mmk atau menunjukkan perdarahan spontan selain dari peteki harus dirawat.
3. Tatalaksana
fase demam DBD adalah memberikan obat antipiretik terapi jangan diberikan
salisilat pemerian dosis parasetamol yang direkomendasikan antara lain : anak dibawah umur satu tahun 60
mg/dosis ; 1-2 tahun : 60-120 mg/dosis ; 3-6 tahun : 120 mg/dosis ; 7-12 tahun
: 240 mg/dosis.
4. Demam
tinggi, anoreksia dan muntah akan menyebabkan rasa haus dan dehidrasi, oleh karena
itu harus terus menerus diberikan minum sampai pada batas kemampuannya. Cairan rehidrasi
oral yaitu cairan yang biasa diberikan untuk mengobati diare dan atau jus buah
lebih dianjurkan dari pada air putih.
5. Pemeriksaan
hematokrit berkala akan mencerminkan tingkat kebocoran plasma dan kebutuhan pemberian
cairan intravena. Kadar hematokrit harus pula diamati setiap hari terhitung
mulai hari ketiga sampai suhu tubuh menjadi normal kembali selama satu dua
hari.
6. Penggantian
cairan plasma pada pasien dengan Dengue Syok Sindrom.
7. Koreksi
gangguan elektrolit dan metabolik harus dilakukan secara berkala. Tindakan awal
pemberian cairan pengganti dan tindakan awal koreksi asidosis dengan natrium
bikarbonat akan memberikan hasil yang memuaskan.
8.
Pemberian obat sedative kadang diperlukan untuk
menenangkan pasien yang gelisah.
9. Terapi
oksigen harus diberikan pada pasien yang mengalami syok.
10. Tranfusi
darah dianjurkan untuk diberikan pada kasus yang menunjukkan tanda perdarahan.
I.
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai
berikut :
- Pengelolaan Lingkungan
Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang
menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembengan vector dengan cara :
- Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air / kebocoran di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak keran, dll akan menampung air dan menjadi tempat perindukan larva Aedes Aegypti bila tidak dirawat.
- Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga antara lain : jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, bak mandi, genthong, bak wc.
- Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu sekali.
- Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya yang tersebar disekitar rumah harus dikubur di dalam tanah. Ban mobil bekas juga harus selalu ditutup untuk mencegah tertampungnya air hujan. Lubang pada pagar yang terbuat dari bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi pasir untuk mengurangi perindukan aedes Aegypti.
- Perlindungan diri
a.
Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan
permetrhirn efektif melindungi gigitan nyamuk.
b.
Obat nyamuk semprot atau baker
c.
Obat oles anti nyamuk (repellent).
d.
Tirai atau kelambu nyamuk.
J.
Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian
keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang kesehatan pasien agar dapat
mengidentifikasi mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan
pasien baik mental, sosial dan lingkungan ( Effendy, 1995, hal 18) Pengkajian
keperawatan didapat melalui cara observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi.
( Effendy, Christine : 1995)
Menurut Effendy, 1999, hal 11, pengkajian keperawatan pada
DHF meliputi:
a.
Aktifitas / istirahat
Gejala :Kelemahan ,pegal – pegal pada seluruh tubuh
Tanda :Takikardia dan lemah
b.
Sirkulasi
Tanda : Takikardia dan lemah, sianosis perifer, ekstremitas
dingin, hipotensi, hiperemi pada tenggorokan, pteqia, uji tourniquet positif,
epistaksis, ekimosis, hematoma.
c.
Eliminasi
Gejala : konstipasi
Tanda : melena
d.
Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
Tanda : mukosa mulut kering, lidah kotor ( kadang-kadang),
perdarahan gusi, hematemesis.
e.
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, sakit
kepala.
Tanda : nyeri tekan pada epigastrik.
f.
Keamanan
Gejala : panas ( demam)
Tanda : suhu tubuh tinggi, wajah kemerahan ( flushing),
menggigil.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah proses individu pada masalah
kesehatan yang actual dan potensial / risiko, yang ditemukan pada saat
pengkajian ( Effendy, 1995). Menurut America Nurse Association, diagnosa
keperawatan meliputi diagnosa actual, risiko, potensial, kemungkinan dan
diagnosa sehat atau wellness.
Menurut Effendy, 1999, hal 27 antara lain :
a. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit
b. Nyeri berhubungan dengan
proses patologi penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Perubahan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah
e. Potensial terjadi perdarahan
intraabdominal sehubungan dengan trombositopenia.
f. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan kurangnya
volume cairan.
g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan
perawatan pasien DHF sehubungan dengan kurangnya informasi.
h. Kecemasan ringan sedang sehubungan dengan kondisi pasien
yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
i.
Gangguan proses
keluarga sehubungan dengan anggota keluarga dirawat di rumah sakit.
j.
Potensial infeksi
sehubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus / NGT)..
k. Potensial terjadi reaksi transfusi sehubungan dengan
pemberian transfusi terhadap pasien.
l.
Kurangnya volume
cairan tubuh sehubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
m.
Potensial terjadi kelebihan
cairan berhubungan dengan perdarahan akibat trombositopeni
n.
Gangguan integritas
jaringan berhubungan dengan perdarahan akibat trombositopenia.
o.
Gangguan mobilisasi berhubungan dengan nyeri.
p.
Potensial terjadi plebitis berhubungan dengan
pemasangan infuse
q.
Gangguan pola tidur sehubungan dengan sakit kepala dan
pegal-pegal seluruh tubuh
No comments:
Post a Comment